Rabu, 18 Maret 2020

Bicara Takdir


      Saat awal tiba di Surabaya dulu untuk kuliah aku khawatir hanya aku satu-satunya mahasiswa asal Minang di angkatanku. Karena aku masih baru berada di Surabaya aku khawatir tidak bisa beradaptasi. Makanya aku ingin juga ada mahasiswa Minang selain diriku yang seangkatan. Alhamdulillah, ternyata ada dua orang lagi teman seangkatanku yang asal Minang. Dan angkatan satu tahun dibawahku ternyata tidak ada yang asal Minang. Ini semakin menguatkanku bahwa tidak ada yang terjadi secara kebetulan di dunia ini. Pastilah ada suatu kekuatan Maha Besar yang mengatur dunia ini. Dalam hal ini yaitu Allah. Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar. Allah mengetahui kondisi setiap hambanya.

      Kenapa aku bisa bilang begini? Karena banyak sekali kejadian disaat aku terdesak, tidak punya pilihan lain dan tidak bisa meminta bantuan kepada siapapun juga selain Allah, selalu saja ada jalan keluar yang tidak disangka-sangka. Aku yakin kalian juga mengalami hal ini. Hal-hal semacam ini hendaknya memperkuat keimanan kita bahwa setiap gerak-gerik langkah kita diperhatikan oleh Allah. Hendaknya kita jangan merasa sedih karena sendirian, karena Allah bersama kita. Jangan pernah berputus asa akan rahmat Allah.

      Ada kalanya kita mengalami hal yang tidak kita inginkan dan seakan Allah meninggalkan kita. Kita tetap harus berbaik sangka kepada Allah. Sekali lagi, jangan pernah berputus asa akan rahmat Allah. Memang, hidup ini berat. Tapi, hidup tanpa Allah itu lebih berat.


Jumat, 13 Maret 2020

WISUDA


7 Maret 2020. Alhamdulillah akhirnya wisuda. Sempat hampir ga yakin bisa wisuda di periode ini karena sampai h-1 batas pengumpulan berkas, jurnalku masih belum selesai. Di psikologi UNAIR, kami diwajibkan untuk membuat jurnal sebagai syarat untuk yudisium. Namun jurnalku masih belum disetujui oleh pihak UP3 (semacam bagian publikasi jurnal fakultas) hingga h-1. Alhamdulillah aku dibantu bu Neny wakil dekan 1 yang menyarankan jurnalku dipublikasikan diluar saja. Dan Alhamdulillahnya lagi tepat hari H pengumpulan jurnalku disetujui oleh UP3. Akhirnya aku memilih untuk publikasi melalui UP3 saja. Tanggal 23 Januari 2020 akhirnya aku dinyatakan lulus atau istilahnya disebut yudisium.
Aku punya waktu kurang lebih 1,5 bulan sampai wisuda. Selama itu aku mencoba melamar ke beberapa perusahaan. Itu bisa kulakukan karena surat keterangan lulus telah aku peroleh dari fakultas. Satu hal lagi yang aku syukuri karena bisa wisuda di periode Maret ini adalah aku bisa segera mencari kerja. Jika mundur lebih lama lagi, aku takut terlalu tua untuk memenuhi syarat administrasi lamaran kerja. Rata-rata yang aku baca mereka meminta usia maksimal adalah 25 tahun.
Sempat terpikir supaya papa dan mama tidak usah datang ke acara wisuda karena menurutku acaranya hanya formalitas belaka. Yang penting aku telah lulus. Untuk foto-foto bisa dilakukan di Padang saja. Namun itu tidak kusampaikan kepada mereka karena aku juga memikirkan ini momen sekali seumur hidup. Tidak ada salahnya dihadiri orang tua.
Orang tuaku datang tanggal 6 Maret. Koper mamaku pecah karena kelalaian petugas bagasi bandara. Akhirnya aku meminjamkan koperku. Kemudian kami pergi mencari kemeja untuk dipakai besok. Jum’at, tanggal 6 Maret aku dan orangtuaku mengikuti acara yudisium di Fakultas Psikologi. Seusai acara kami menyempatkan diri bertemu Bu Nurul (Dekan) dan Bu Neni (Wakil Dekan 1) untuk mengucapkan terima kasih dan berfoto bersama. Mama juga sempat mencoba hidangan rawon yang disajikan fakultas saat itu. Ternyata beliau tidak menyukainya. Padahal dari hari kedatangan di Surabaya, beliau selalu bilang ingin mencicipi rawon.
Keesokan harinya, pukul 06:30 kami menuju kampus C UNAIR, tempat upacara wisuda berlangsung. Upacara wisudanya mulai pukul 8 pagi. Isi acaranya kurang lebih sambutan-sambutan, pemanggilan wisudawan, dan pemberian hadiah untuk mahasiswa berprestasi. Untuk periode ini, lulusan dari Fakultas Psikologi berjumlah 120 orang yang terdiri dari doktor, magister, dan sarjana. Aku cukup kaget karena ternyata tidak ada prosesi pemindahan tali toga seperti yang aku bayangkan selama ini. Selesai acara mama langsung menangis memelukku. Aku bisa memahami perasaan beliau. Dengan banyaknya drama yang berlangsung selama ini pasti beliau merasa haru dan lega. Mungkin ini curahan perasaannya yang ditahan selama ini. papa memeluk dan mencium pipiku. Kepada mereka berdua aku ucapkan terima kasih. Kemudian kami berfoto bersama. Aku lalu minta izin menemui teman-temanku diluar. Terima kasih juga kepada teman-teman yang telah datang dan memberiku hadiah wisuda.
Diawal tadi aku sempat bilang kalau kepikiran bagaimana kalau orangtuaku tidak usah datang saja ketika wisuda. Namun aku tarik kembali pikiranku itu. Aku bahagia mereka bisa datang dan menyaksikan prosesi wisudaku. Aku bisa seperti sekarang ini karena usaha dari mereka. Aku juga berterima kasih kepada Oma di kampung halaman dan kepada adik-adikku. Juga kepada Opa yang telah berpulang. Aku cukup sedih beliau tidak bisa melihat wisudaku. Namun aku harap beliau bisa bahagia disana.
Selepas wisuda ini aku berencana mencari kerja terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke S2. Orang tuaku ingin aku langsung S2, namun aku ingin istirahat dahulu dari dunia perkuliahan dan mencoba bekerja. Umurku yang juga sudah tua membuatku ingin bekerja dulu. Aku takut kesulitan mendapatkan peerjaan nantinya dengan tidak adanya pengalaman yang kumiliki jika aku langsung lanjut S2. Saat ini aku fokus memperbaiki bahasa Inggrisku dan memperdalam pengetahuan psikologi industri dan organisasi karena aku ingin bekerja dibidang HR (Human Resources).
Maaf kalau tulisanku terkesan kaku karena aku hanya menyampaikan intinya saja. Aku tidak ingin tulisanku jadi terlalu panjang.

Rabu, 04 Maret 2020

Cerita Seputar Sidang Skripsi

18 Desember 2019. Hari dimana aku sidang skripsi. Alhamdulillah setelah perjuangan begitu lama akhirnya aku bisa sidang skripsi. Kilas balik ke waktu sebelumnya, ke masa penghujung semester 8. Saat itu aku sangat sedih karena tidak bisa sidang tepat waktu. Aku sempat down melihat teman-teman yang sudah lulus duluan. Namun aku sadar, kalau aku hanya bersedih, skripsiku tidak akan selesai. Aku harus melangkah maju. Aku harus lulus secepatnya supaya tidak terus-terusan membebani orang tua. Sangat merugikan rasanya membayar uang kuliah 6 juta rupiah hanya untuk mata kuliah skripsi.
Dalam satu semester, ada 2 kali pengumpulan sidang skripsi. Untuk periode ini, yang pertama jatuh pada tanggal 16 September dan yang kedua pada tanggal 25 November. Aku berniat mengubah judul skripsiku dan memulai kembali dari awal karena skripsi sebelumnya tidak cukup meyakinkan. Namun hingga tanggal 16 September aku masih belum menyelesaikannya. Aku kembali melewatkan waktu pengumpulan skripsi. Aku sangat sedih dan tertekan saat itu. tinggal satu kesempatan terakhir untuk pengumpulan skripsi, yaitu tanggal 25 November. Aku berhenti dari pekerjaan freelanceku sebagai tim survei ITS dan fokus mengerjakan skripsi. Aku kembali menggunakan judul skripsi yang lama, yaitu skripsi yang aku kerjakan di semester 8 karena waktunya telah mepet.
Aku meminta bantuan Naya, Khansa, dan Sanie untuk analisis data SPSS. H-2 pengumpulan aku masih mengolah data SPSS. Aku sempat was-was apakah akan sempat untuk mengumpulkan. Alhamdulillah, H-2 skripsiku disetujui oleh dosbing walaupun masih ada bagian yang kurang. Hari pengumpulan skripsi akhirnya aku mengumpulkan skripsi yang telah aku kerjakan. Namun beberapa kali masih aku revisi karena masih ada bagian yang belum lengkap.
Akhirnya hari itu tiba. Hari Rabu, tanggal 18 Desember 2019 aku sidang. Ketua penguji adalah bu Dewi, sekretaris pak Ayok dan penguji ketiga yaitu dosbingku sendiri prof Chol. Aku meminta bantuan Naya untuk menjadi notulenku. Pagi sebelum sidang aku mual-mual karena stress. Saat aku sampai di ruangan sidang ternyata prof Chol telah berada disana. Aku kaget. Tumben banget dosen penguji datang duluan dibanding mahasiswa yang akan diuji. Setelah mengobrol aku akhirnya tau kalau prof Chol mengira bahwa akan ada sidang mahasiswa lain sebelum aku. Ternyata jadwalnya telah diganti dan prof Chol tidak tau. Saat mengobrol dengan prof Chol sol sepatu kananku lepas. Aku segera terpikirkan apakah ini pertanda buruk. Namun aku membuang jauh-jauh pemikiran itu.
Aku dijadwalkan sidang jam 10 namun jam 10 lewat dua dosen penguji lainnya juga belum datang. Aku sempatkan membaca materi kembali dan berlatih menjawab pertanyaan dengan Naya. Pukul 10.20 dua dosen penguji lainnya datang. Aku segera menghidangkan botol air mineral kepada ketiga penguji. Saat akan menyalakan proyektor, timbul masalah. Proyektornya ga bisa nyala. Aku panik. Ini salahku juga tidak mengecek dan menyalakan proyektir terlebih dahulu sebelum penguji tiba. Aku takut akan dimarahi dosen penguji. Tapi mereka Cuma bilang gapapa. Akhirnya aku minta tolong Naya memanggil karyawan fakultas. Setelah karyawan fakultas datang proyektornya bisa menyala. Akupun memulai presentasi selama 15 menit dengan kondisi sol sepatu kanan yang lepas. Setelah presentasi, saat-saat yang horror tiba. Waktunya pertanyaan oleh penguji. Diawal aku sempat keringatan hingga ditanya oleh dosen penguji, “Acnya ga nyala ya kamu sampai keringetan begitu”. Aku menjawab tidak ini hanya karena aku gugup saja. Setelah beberapa saat aku mulai bisa mengatasi keadaan dan bersikap tenang. Pertanyaan dari Bu Dewi paling banyak berkisar tentang bab 1 dan bab 4. Kemudian dilanjut pertanyaan oleh pak Ayok tentang bab 5. Sementara prof Chol hanya memberi saran dan tidak memberi pertanyaan. Hal itu cukup membuatku heran karena prof Chol pernah bilang kalau saat sidang beliau akan memposisikan dirinya sebagai penguji dan tidak akan membantu sama sekali mahasiswa bimbingannya. Lumayan banyak pertanyaan yang tidak bisa kujawab. Sidang selesai pukul 12 lewat. Setelah itu aku diminta menunggu diluar supaya penguji bisa berdiskusi.
Diluar aku menyampaikan kekhwatiranku kepada Naya. Dia bilang gapapa yang penting udah usaha maksimal. Setelah itu aku dipanggil kembali ke dalam dan bu Dewi menyatakan aku lulus. Aku hampir tidak percaya ketika itu. aku sangat senang namun berusaha menyembunyikan kebahagiaanku dan hanya menjawab lirih “terima kasih Bu”. Lalu aku menyalami semua dosen penguji. Dan merekapun keluar. Naya mengucapkan selamat kepadaku. Setelah itu datang masuk ke ruangan teman-teman BEM Departemen Kastra. Aku kaget mereka datang. Karena aku sama sekali tidak mengundang dan tidak menginginkan siapapun datang ke sidangku. Hal ini ada alasannya. Sidangnya mahasiswa bimbingan prof Chol itu kemungkinan lulusnya cuma 50%. Berbeda dengan sidang lain yang kemungkinan lulusnya tinggi. Sudah banyak yang menjadi korbannya di semester kemaren. Makanya aku berhati-hati mengerjakan skripsi dan juga tidak mengundang siapapun untuk datang saat sidang. Akan sangat memalukan bagiku jika tidak lulus sidang dan disaksikan oleh teman-temanku.
Tapi ternyata teman-teman BEMku datang. Teman kosku, Tupe, juga datang. Padahal aku bilang ke Tupe kalo mau datang pas wisuda aja karena sidang dengan prof Chol kemungkinan lulusnya Cuma 50%. Nyatanya dia tetap datang pas sidang. Di sisi lain aku juga bahagia karena  ada yang datang, jadinya sidangku ga sepi-sepi amat dan ada kenangan yang bisa diabadikan. Aku kemudian memberi Naya bingkisan jajanan karena dia telah membantuku dengan menjadi notulen. Teman-teman BEM menghadiahiku selempang/selendang yang terbuat dari Indomie berbagai varian. Kami kemudian berfoto di patung depan fakultas. Setelah itu aku pulang ke kos. Di kos aku menelpon orang tua untuk mengabari aku lulus. Aku kemudian tidur siang karena lelahnya. Saat bangun rasanya badanku sedikit demam. Ini sepertinya karena stress sidang. Dan ternyata teman-temanku yang selesai sidang juga mengalaminya. Masih ada revisi, namun aku lega atas kelulusan sidangku. Alhamdulillah.