Sabtu, 19 November 2022

Tekad Donor Darah

 


Jika dihitung, mungkin lebih dari 25 kantong darah yang telah masuk ke tubuh mama selama mama sakit. Kondisi mama memang terkadang menurun sehingga dokter menyarankan untuk melakukan transfusi darah. Darah tersebut tentu tidak cukup jika hanya berasal dari kami sekeluarga. Oleh sebab itu kami sering meminta pertolongan ke PMI untuk mendapatkan kantong darah. Alhamdulillah banyak orang baik di PMI yang kami temui dan dengan senang hati menjadi pendonor. Atas nama keluarga, saya mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada para pendonor tak dikenal tersebut. Di dunia mungkin mereka tak dikenal, tapi di langit insya Allah para Malaikat menyebut kebaikan mereka.

Kini tiba saatnya saya sebagai seorang anak membalas kebaikan tersebut. Saya bertekad untuk menjadi pendonor rutin mulai saat ini. Mungkin di luar sana ada seorang Ibu yang harap-harap cemas mendapatkan satu kantong darah untuk bayinya. Mungkin ada seorang suami yang menanti satu kantong darah untuk menyelamatkan istrinya. Mungkin juga ada seorang anak yang berharap satu kantong darah untuk kesembuhan Bapaknya. Semoga tidak ada orang-orang yang kehilangan orang tercinta karena tidak mendapatkan transfusi darah.

Melalui postingan ini saya juga mengajak pembaca semua untuk ikut bergabung membiasakan diri melakukan donor darah. Satu kantong darah yang kita berikan sangat berarti bagi keluarga yang membutuhkan.


Momen



Sampai kapanpun, foto ini akan selalu jadi foto terbaik bagiku. Big thanks to @rimaayala for taking this picture. Mau sungkem ke Rima rasanya.

Begitu upacara wisuda selesai, mama diikuti papa langsung turun dari lantai 2 tempat orang tua duduk menuju ke tempatku. Begitu mama melihatku, mama langsung menghambur ke arahku dan memelukku sambil menangis. Tak peduli walau disana masih banyak teman-temanku yg melihat. Papa berdiri di belakang mama sambil menahan air matanya agar tak menetes.

Di momen seperti itulah foto ini diambil. Semua rasa tergambar dalam satu momen ini. Ada perasaan senang, bahagia, bangga, terharu, sedih, dan lega. Senang karena akhirnya anak pertama beliau telah di wisuda. Terharu karena anak yang diasuhnya sejak kecil kini telah menyandang gelar sarjana. Lega karena beliau sempat takut aku ga bakalan lulus karena banyaknya "ujian" yang datang di semester-semester akhir. Cukuplah aku yang tau bagaimana kerasnya perjuangan mama dan papa agar aku bisa lulus. Rasa sayang mama kepadaku memang begitu besar kurasakan, hingga aku merasa terlalu dimanjakan oleh beliau. Tapi itulah yang aku rindukan saat ini.

Jujur, aku bukan orang yang terlalu suka acara seremonial dan sikap formal berlebihan. Sebelum hari wisuda, aku merasa orang tuaku tidak perlu bepergian sejauh 2101 kilometer hanya untuk melihatku berjabat tangan dengan Dekan dan Rektor. Kalo mau berfoto pun di studio foto kota Padang juga bisa dilakukan. Toh yang penting anaknya sudah lulus. Tapi setelah melihat foto ini aku bersyukur mereka datang. Momen yang tergambar dalam satu gambar ini tidak akan bisa digantikan oleh apapun.

Manfaatkan setiap momen yang ada bersama orang yang berharga bagi kita, karena jika mereka sudah tiada, mereka hanya bisa hidup di dalam kenangan kita. 

Kehilangan Terhebat #2



Kadang kita merasa orang tua kita akan ada selamanya. Tanpa sadar kita sering tak acuh dan tak mensyukuri kehadiran mereka. Kita mengira masih punya banyak waktu untuk bersama mereka. Nyatanya tidak. Satu-satunya hal pasti di dunia ini yg tak bisa diulang adalah waktu. Waktu berlalu begitu cepat hingga tanpa sadar satu per satu orang yang kita sayang pergi.

Sekarang mama udah ga ada. Tak ada lagi tempat cerita, tak ada lagi mama yg akan mendoakanku, tak bisa lagi minta restu mama, tak bisa lagi peluk mama, tak bisa lagi cium tangan dan kening mama, mama ga bisa hadir di pernikahanku, mama ga bisa ikut menggendong anakku kelak, dsb. Tak ada lagi artinya semua pencapaian di tempat kerja karena mama tak bisa menikmatinya.

Kalo boleh berpesan kepada teman-teman yang orang tuanya masih lengkap, sayangilah mereka seakan hari ini adalah hari terakhir bersama mereka. Karena jika mereka sudah tidak ada, tidak ada lagi yg bisa menggantikannya.

Kurang lebih 26 tahun yang lalu mama membawaku ke dunia dari rahimnya, kini aku lah orang yang mengantarkan beliau ke liang lahat, membaringkan beliau menuju peristirahatan terakhirnya. Sebagian diriku ikut terkubur bersama tanah terakhir yang kutabur di kuburan mama. Selamat jalan mama, izinkan aku mengulang kalimat terakhir yang ku ucapkan kepada mama di liang lahat, "Terima kasih sudah menjadi mama bagi kami berlima, sekarang biar giliran Reyhan yang akan jaga papa & adik-adik".