Sabtu, 04 April 2020

Pengalaman Pulang Kampung Saat Wabah Corona

          Jadi hari ini aku mau cerita pengalamanku pulang ke Solok (Sumatera Barat) di tengah wabah Corona. Mungkin banyak juga yang penasaran gimana sih kondisi bandara saat wabah ini? Segawat itukah? Amankah untuk pulang? Semoga tulisan ini bisa menjawab rasa penasaran kalian.

       Aku pulang ke Solok hari Rabu tanggal 1 April. Kondisi Surabaya saat itu beberapa jalan utama sudah ditutup dan kabarnya ada pemeriksaan kendaraan di perbatasan kota. Dari kosku di daerah Gubeng menuju bandara Juanda Alhamdulillah lancar. Ga ada pemeriksaan juga yang aku temui. Kondisi bandara masih lumayan rame menurutku, walaupun memang lebih sedikit dari yang biasanya aku temui. Ketika masuk pintu keberangkatan ada pengecekan suhu tubuh sama penyemprotan disinfektan. Terus ketika check-in dikasi surat kesehatan yang isinya data diri, riwayat perjalanan kita selama 14 hari yang lalu sama gejala yang sakit yang sedang kita derita saat ini (kayak demam, batuk, dll).
   
      Surat kesehatan ini nantinya kita serahkan di bandara tujuan. Suratnya berwarna kuning dan terdiri dari 2 lembar karena aku harus transit dulu di bandara Halim Perdanakusuma Jakarta.  Jadi nanti di Halim sama BIM (Bandara Internasional Minangkabau) aku nyerahin masing-masing satu lembar surat kesehatan. Surat kesehatannya bisa kita isi sendiri di ruang tunggu, jadi ga harus diisi langsung di counter check-in. Aku sarankan kalian bawa pulpen biar bisa ngisi surat kesehatannya.
      
      Di ruang tunggu bandara, satu kursi di sebelah kiri dan kanan kita dikosongkan sebagai upaya physical distancing. Pihak bandara juga aktif mengumumkan kalo ada yang kurang enak badan bisa melapor ke petugas. Selain itu ada beberapa tim medis juga yang berjaga.
       
       Di pesawat ga ada pengosongan kursi, jadi tetap diisi penuh seperti biasa. Nyampe bandara Halim sebelum masuk bandara ada penyemprotan disinfektan lagi sama pengecekan suhu tubuh. Sayangnya ga ada petugas yang meminta lembar surta kesehatan. Aku inisiatif aja ngasih surat kesehatan tersebut ke salah satu petugas disana.
       
      Baik di bandara Halim maupun Juanda hampir semua orang memakai masker. Sesampainya di BIM Padang ada petugas yang meminta surat kesehatan yang telah kita isi sebelumnya. Sebagian besar penumpang dari Halim ternyata belum mendapat surat tersebut. Jadi mereka harus mengisi surat tersebut di BIM. Aku beruntung karena dari Surabaya telah mendapat surat tersebut. Jadi ga perlu mengantri lama. Setelah itu ada penyemprotan disinfektan lagi. Cuma ga ada pemeriksaan suhu tubuh. Tetapi kata temenku pemeriksaan suhu tubuhnya dilakukan secara otomatis dengan menggunakan alat.

      Setelah keluar bandara ada pemeriksaan mobil oleh polisi. Ditanya darimana dan tujuan kemana. Antriannya sangat panjang dan memakan waktu cukup lama. Nyampe rumah ga ada pemeriksaan dari nagari (desa). Tetapi kata temenku kita sebaiknya lapor ke pihak nagari. Aku inisiatif aja isolasi mandiri selama 2 minggu di rumah. Sekian.