Aku pulang ke Solok hari Rabu
tanggal 1 April. Kondisi Surabaya saat itu beberapa jalan utama sudah ditutup dan
kabarnya ada pemeriksaan kendaraan di perbatasan kota. Dari kosku di daerah
Gubeng menuju bandara Juanda Alhamdulillah lancar. Ga ada pemeriksaan juga yang
aku temui. Kondisi bandara masih lumayan rame menurutku, walaupun memang lebih
sedikit dari yang biasanya aku temui. Ketika masuk pintu keberangkatan ada
pengecekan suhu tubuh sama penyemprotan disinfektan. Terus ketika check-in
dikasi surat kesehatan yang isinya data diri, riwayat perjalanan kita selama 14
hari yang lalu sama gejala yang sakit yang sedang kita derita saat ini (kayak
demam, batuk, dll).
Surat kesehatan ini nantinya kita serahkan di bandara tujuan. Suratnya berwarna kuning dan terdiri dari 2 lembar karena aku harus transit dulu di bandara Halim Perdanakusuma Jakarta. Jadi nanti di Halim sama BIM (Bandara Internasional Minangkabau) aku nyerahin masing-masing satu lembar surat kesehatan. Surat kesehatannya bisa kita isi sendiri di ruang tunggu, jadi ga harus diisi langsung di counter check-in. Aku sarankan kalian bawa pulpen biar bisa ngisi surat kesehatannya.
Di ruang tunggu bandara, satu
kursi di sebelah kiri dan kanan kita dikosongkan sebagai upaya physical
distancing. Pihak bandara juga aktif mengumumkan kalo ada yang kurang enak
badan bisa melapor ke petugas. Selain itu ada beberapa tim medis juga yang
berjaga.
Di pesawat ga ada pengosongan
kursi, jadi tetap diisi penuh seperti biasa. Nyampe bandara Halim sebelum masuk
bandara ada penyemprotan disinfektan lagi sama pengecekan suhu tubuh. Sayangnya
ga ada petugas yang meminta lembar surta kesehatan. Aku inisiatif aja ngasih
surat kesehatan tersebut ke salah satu petugas disana.
Baik di bandara Halim maupun Juanda
hampir semua orang memakai masker. Sesampainya di BIM Padang ada petugas yang
meminta surat kesehatan yang telah kita isi sebelumnya. Sebagian besar
penumpang dari Halim ternyata belum mendapat surat tersebut. Jadi mereka harus
mengisi surat tersebut di BIM. Aku beruntung karena dari Surabaya telah
mendapat surat tersebut. Jadi ga perlu mengantri lama. Setelah itu ada
penyemprotan disinfektan lagi. Cuma ga ada pemeriksaan suhu tubuh. Tetapi kata
temenku pemeriksaan suhu tubuhnya dilakukan secara otomatis dengan menggunakan
alat.
Setelah keluar bandara ada
pemeriksaan mobil oleh polisi. Ditanya darimana dan tujuan kemana. Antriannya sangat
panjang dan memakan waktu cukup lama. Nyampe rumah ga ada pemeriksaan dari
nagari (desa). Tetapi kata temenku kita sebaiknya lapor ke pihak nagari. Aku inisiatif
aja isolasi mandiri selama 2 minggu di rumah. Sekian.