Sabtu, 04 Maret 2017

Surau, Silat, dan Merantau.



Soekarno pernah berkata, Bekerjalah seperti orang Jawa, Berbicaralah seperti orang Batak dan Berpikirlah seperti orang Minang.

Dari dulu suku Minang dikenal turut menyumbangkan sederet tokoh-tokoh nasional yg turut andil dalam perjalanan bangsa Indonesia. Sebut saja Bung Hatta, Sutan Syahrir, Tan Malaka, Syafruddin Prawiranegara, M. Natsir, K.H. Agus Salim, Buya Hamka, Rasuna Said, Mohammad Yamin, Rohana Kudus dan masih banyak yg lainnya.

Kalo ditanya apa alasan dulu banyak orang Minang yg bisa berbicara di tingkat nasional hingga internasional mungkin bisa diungkapkan dalam 3 kata, yaitu: Surau, Silat, Merantau.

Surau atau Langgar merupakan tempat anak-anak minang belajar ilmu agama dan pengetahuan dasar. Sejak kecil anak-anak dibekali dasar agama yg kuat supaya dia tau untuk apa dia diciptakan dan apa yg harus dia lakukan selama di dunia. Surau juga menjadi tempat tidur bagi anak laki-laki Minang yg telah baligh karena mereka tidak mempunyai kamar sendiri di rumahnya. Mereka hanya akan pulang ke rumah pada pagi harinya utk membantu keluarga dan kembali pada sorenya. Hal ini dimaksudkan agar si anak tidak manja dan terus mengekor kepada orang tuanya.

Silat merupakan bela diri yg menjadi ciri khas suku Minang selain beberapa suku lainnya. Anak-anak Minang diajarkan silat supaya dia bisa menjaga kehormatan keluarga dan dirinya. Belajar silat bukan untuk menjadi yg terkuat, tapi diharapkan semakin berisi ilmunya semakin arif bijaksana dia dalam kehidupannya. Belajar silat biasanya dilakukan pada malam hari di halaman Surau atau Langgar dibawah bimbingan seorang guru.

Merantau, dengan merantau diharapkan anak muda Minang bisa belajar apa-apa yg belum dipelajarinya di kampung halaman. Disamping itu juga bisa menghargai adat istiadat dan budaya orang lain. Seperti kata pepatah, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Maknanya, dimanapun kamu berada bisa menyesuaikan diri dengan norma ataupun budaya di daerah tersebut.

3 hal ini yg sekarang tidak ditemui pada masyarakat Minang modern. Sehingga bisa kita lihat sekarang sedikit sekali tokoh Minang yg bisa berbicara di tingkat nasional (walaupun masih ada). Orang Minang sekarang hanya dikenal sebagai pedagang, padahal kalau kita melihat ke belakang masyarakat Minang juga pernah melahirkan pemikir-pemikir hebat yg turut andil dalam kemerdekaan Indonesia. Mungkin akan sangat sulit jika kita kembali menghidupkan gerakan surau, silat dan merantau ini. Tapi mungkin bisa kita carikan program sejenis yg sesuai dg kondisi zaman saat ini. Hal ini hendaknya menjadi pemikiran kita bersama sehingga ke depannya masyarakat Minang juga bisa kembali aktif berkontribusi di kancah nasional hingga internasional untuk kemajuan bangsa Indonesia.