Sabtu, 14 Mei 2016

Filosofi Cinta

Cinta seharusnya menjadikan manusia sebagai makhluk yang diliputi kebahagiaan, tapi banyak yang sengsara karena cinta. Cinta seharusnya menimbulkan kedamaian bagi yang merasakannya. Namun mengapa ketika jatuh cinta hati menjadi gundah gulana. Dan cinta juga seharusnya bisa mempersatukan. Tapi mengapa banyak kita lihat kisah tragis dari cinta, seperti romeo-juliet, Cleopatra-antonius, ataupun laila-majnun. Lalu bagaimana dengan cinta yang katanya tak harus saling memiliki? Bagaimana mungkin kita merelakan orang yang kita cintai tak menjadi milik kita.
Cinta bisa jadi kata yang paling banyak dibicarakan banyak orang. Cinta bisa kepada berbagai hal. Cinta kepada harta, anak, istri, kekuasaan, kendaraan mewah dan lain sebagainya. Banyak yang telah merasakan cinta, namun banyak juga orang yang kesulitan ketika diminta menjelaskan, apa itu cinta? Ratusan pemikir dan ilmuwan mencoba mendefinisikan arti kata itu. Namun, tak ada yang sungguh bisa menjelaskannya. Atau, jangan-jangan cinta itu hanya bisa dirasa, tapi tak bisa dijelaskan dengan kata-kata? Bagaimana menurut anda?
Bagaimana sebenarnya hakikat cinta jika ditinjau dari segi filsafat?
Suatu hari, Plato bertanya pada gurunya, “Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya? Gurunya menjawab, “Ada kebun mawar yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu kesana dan tanpa boleh mundur kembali, ambillah satu tangkai bunga mawar yang paling indah. Jika kamu menemukan mawar yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta”
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.
Gurunya bertanya, “Mengapa kamu tidak membawa satu tangkaipun bunga mawar?” Plato menjawab, “Aku hanya boleh membawa satu saja dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik). Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil mawar tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwa mawar-mawar yang kutemukan kemudian tak sebagus mawar yang pertama tadi, jadi tak kuambil setangkaipun pada akhirnya”
Gurunya kemudian menjawab ” Ya! itulah cinta”
Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya,”Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?”
Gurunya pun menjawab “Ada hutan yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan”
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon.  Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.
Gurunya bertanya, “Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?” Plato pun menjawab, “sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah kebun mawar, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya”
Gurunya pun kemudian menjawab, “Dan ya itulah perkawinan”
Dari kisah diatas kita dapat mengambil 2 hal. Pertama, seringkali kita berusaha menemukan cinta yang sempurna dan malah meninggalkan cinta yang telah ada. Dan hingga akhirnya ketika kita tiba diujung pencarian, kita baru menyadari bahwa yang kita miliki selama inilah yang merupakan cinta terbaik, Namun kita malah meninggalkannya dan berusaha mencari cinta yang lain yang kita rasa sempurna. Kedua, perkawinan itu ibarat kisah diatas, kita berusaha menjalani perkawinan dan berumah tangga yang terbaik, namun karena takut gagal seperti saat pencarian cinta, kita hanya melewatinya dengan biasa-biasa saja dan terkesan hambar.
Filsafat sendiri berasal dari kata philos yang artinya cinta dan shopia yang artinya kebijaksanaan. Jadi filsafat artinya cinta kebijaksanaan.
Berdasarkan filsafat Yunani, terdapat beberapa jenis cinta, diantaranya:

Eros. Eros adalah cinta secara fisik, dengan kerinduan yang sifatnya sebagian besar sensual. Eros adalah cinta yang didasarkan semata-mata pada emosi dan bukan pada logika.
 Philia, didefiniskan sebagai cinta yang sifatnya mental. Philia juga diasosiasikan sebagai cinta antar sahabat di dalam bahasa Yunani Kuno dan Modern. Cinta semacam ini sifatnya 'memberi dan menerima'. Philia menurut Aristoteles, adalah cinta yang sifatnya penuh kebajikan dan tidak bersifat agresif.
Agape, berarti cinta di dalam sifatnya yang spiritual, yang berarti "aku mencintaimu" di dalam bahasa Yunani Kuno, seringkali dikaitkan dengan 'cinta yang tak bersyarat'. Cinta semacam ini tidak mementingkan diri sendiri, cinta ini memberi dan tidak mengharapkan diberi.
Storge, berarti "rasa sayang" di dalam bahasa Yunani Kuno dan Modern. Storge adalah cinta yang sifatnya alamiah, seperti yang dirasakan orangtua kepada anak mereka. Kata ini jarang digunakan di dalam teks-teks kuno, dan hampir selalu digunakan untuk menggambarkan cinta diantara anggota keluarga.

Selain jenis cinta diatas adalagi jenis cinta yang lain menurut Plato, yaitu Cinta Platonis. Sesuai dengan Pemikiran Plato mengenai konsep ideal yang hanya ada dalam alam pikiran, maka “Cinta Platonis” merupakan pandangan plato tentang cinta yang paling ideal, atau cinta yang sempurna. Cinta Platonis ialah cinta yang hanya ada di dalam angan-angan atau cinta yang hanya ada dalam pikiran. Cinta yang tidak diungkapkan pada siapapun, menjadi cinta paling misterius, cinta dalam diam, yang tidak dikatakan pada orang lain, atau kepada orang yang dicintai itu.
Maka, berdasarkan konsep pemikiran Plato, sebuah cinta yang telah diungkapkan, maka cinta itu sudah tidak lagi menjadi cinta yang ideal atau sudah tidak lagi menjadi cinta sejati.
Sebenarnya apa sih yang membuat manusia jatuh cinta?
Menurut Jacques Lacan, manusia memiliki lubang di dalam jiwanya yang harus diisi. Ada ruang kosong di dalam jiwanya yang selalu mencari tambalan untuk menutupi lubang tersebut. Dalam konsep psikologi dikenal istilah Id, yaitu hasrat naluriah manusia yang dibawanya sejak lahir. Maka untuk menutupi lubang di dalam jiwa tadi dibutuhkan cinta. Cintalah yang mampu mengisi kekosongan itu.
Cinta tidak sebatas kepada lawan jenis. Cinta bisa kepada siapa saja atau apapun. Cinta bisa kepada Allah, kepada harta, ataupun kepada lawan jenis. Namun yang paling sesuai untuk mengisi kekosongan hati adalah cinta kepada Allah. Jika cinta kepada manusia maka suatu saat ketika dia pergi maka hati akan menjadi kosong kembali, namun jika cinta kepada Allah maka Allah kekal, Allah akan selalu bersama orang yang mencintainya. Pasangan hanyalah sarana agar kita bisa lebih mencintai Allah. Jika kita memilih cinta kepada harta, maka lubang dijiwa kita tidak akan pernah terisi. Jiwa akan selalu menuntut lebih dan tidak akan pernah merasa puas. Lain halnya jika kita mencinta Allah yang Maha Pemilik segala-galanya. Hanya dengan mengingat Allah lah hati kita akan menjadi tentram.
Apa yang membuat cinta berhenti di tengah jalan?
Seringkali cinta kandas ditengah jalan dan menyisakan luka. Padahal awalnya kita merasa semua akan baik-baik saja. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya komitmen. Atau komitmen yang telah dibuat diawal dilanggar. Maka dari itu dibutuhkan komitmen sejak awal menjalin hubungan dari masing-masing pihak. Dan komitmen yang telah dibuat itu hendaknya dijaga sampai akhir. Jangan sampai hanya sebatas janji kosong. Cinta bukanlah kata-kata, tetapi adalah tindakan konkrit yang diejawantahkan dalam kehidupan nyata.
Tapi bukan berarti komitmen menghalangi seseorang untuk berubah. Seringkali kita mendengar kata-kata “kamu jangan pernah berubah ya, tetap kayak gini terus”. Ini adalah hal yang mustahil. Mau tidak mau kita harus menerima bahwa seseorang itu pasti akan berubah. Senang atau tidak. Karena pada dasarnya manusia selalu menuju proses penyempurnaan. Jangan menghalangi pasangan anda untuk berubah, karena kalau dia tidak berubah selama bersama anda, berarti anda gagal sebagai pasangan. Bukankah hari ini harusnya lebih baik dibanding hari kemaren. Biarkan pasangan anda berubah jadi lebih baik, biarkan pasangan anda menjadi dewasa bersama anda. Anda juga harus dapat memahami dan menerima perubahan itu.
Tapi perlu diingat, jangan berubah hanya untuk menyenangkan pasanganmu. Karena itu akan melelahkan. Ketika kamu berubah mengikuti apa yang pasangan kamu suka, maka lama kelamaan pasanganmu akan bosan kepadamu, karena dia tidak melihat hal menarik lagi dari dirimu. Tetaplah menjadi apa yang kamu suka. Apabila ada hal yang buruk dari dirimu, pasangan yang baik pasti tidak akan memaksa kamu untuk berubah secara instan. Dia pasti akan menemanimu untuk berproses bersama menjadi lebih baik. Karena dia mencintai semua yang ada pada dirimu.
Kata orang cinta itu buta. Cinta sebenarnya tidak buta. Cinta adalah sesuatu yang murni, luhur dan diperlukan. Yang buta adalah bila cinta itu menguasai dirinya tanpa suatu pertimbangan. Seringkali kita lihat individu yang rela membelikan pasangannya ini itu padahal dia belum punya penghasilan sendiri. Lain halnya jika sudah punya penghasilan sendiri, terserah uangnya mau dipakai buat apa. Tapi akan terasa hambar jika cinta hanya terpatok pada materi. Materi itu perlu, tapi materi bukan segala-galanya.
Pernahkah anda bosan dalam menjalin sebuah hubungan? Ketika cinta hanya sebatas ucapan selamat pagi, selamat siang, selamat tidur. Ketika cinta hanya sebatas pertanyaan lagi ngapain, udah makan belum, udah mandi belum, udah bernafas belum. Ataupun cinta hanya sebatas ngasih surprise ulang tahun, cowok traktir ceweknya makan dan pergi nonton bareng. Membosankan sekali. Mungkin diawalnya emang terasa menyenangkan, tapi lama kelamaan pacaran akan kehilangan esensi.
Pernahkah terpikirkan untuk melakukan hal-hal bermanfaat bersama pasangan anda. Seperti melakukan kegiatan social, mengajar anak-anak yang tidak sempat mengenyam pendidikan, atau kalian berdua bisa iuran setiap minggunya buat bagiin nasi bungkus gratis kepada orang-orang yang membutuhkan, atau kalian bisa bikin usaha bareng. Pasti akan banyak keseruan disana. Memang refreshing sekali-kali juga dibutuhkan, tapi jangan sampai pacaran hanya sebatas ritual buang-buang uang dan menanyakan hal-hal ga penting. Kalian tidak perlu menanyakan pasangan kalian udah makan apa belum, karena ketika dia lapar pasti dia akan makan, kecuali kalian emang niat bawain dia makanan.
Pernahkah kalian merasa takut untuk mengungkapkan perasaanmu?
Jika kamu memang cinta maka ungkapkan saja. Cinta bisa disembunyikan tapi cinta tidak bisa dibungkam, maka katakanlah selagi masih ada kesempatan atau kau akan kehilangan dan menyesal. Tapi pastikan dulu perasaan kamu itu apakah hanya sebatas suka, kagum atau benar-benar cinta. Tanyakan dulu kepada hatimu. Jika itu memang cinta, maka katakanlah. Bilang cinta bukan berarti nembak atau memaksanya menjadi pacar kita. Setiap orang berhak jatuh cinta dan mengakuinya.
Dan buat orang yang diungkapin perasaannya, kamu harus bisa berpikir dewasa. Kenapa dia bisa mencintai kamu, pasti ada sesuatu yang dia suka dari kamu, pastilah ada hal menarik yang dilihatnya dari kamu. Anggaplah ungkapan cinta itu sebagai pujian. Tidak ada yang salah dari seorang anak manusia yang mengatakan isi hatinya. Cinta tidak bermain dengan logika, tapi rasa untuk selalu membuat bahagia, apapun bentuknya. Jangan salahkan perasaan cinta seseorang terhadapmu karena ia pun tidak pernah tau tentang rasa cinta yg tumbuh itu. Jangan kau benci karena cintanya padamu, ia pun tersiksa karena rasa cinta itu padamu.
Jika kamu memang tidak ada perasaan kepadanya, maka ucapkan saja terima kasih atas ungkapannya, lalu bilang maaf karena tidak merasakan hal yang serupa. Lalu jalani kehidupanmu seperti biasa, bukan dengan menjauhi orang yang mengungkapkan perasaannya kepadamu.
Mencintai memang mudah, untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.


Source: Benthem, Andriaans. 2008. Handbook of the Philosophy of  Science Volume 8: Philosophy of Information. Belanda: Elsevier B.V.

Indonesia Merdeka

      Pada kesempatan kali ini penulis akan menyajikan atau menampilkan kembali isi pidato salah seorang proklamator kita yaitu Drs. Mohammad Hatta yang berjudul “Indonesia Vrij” (Indonesia Merdeka). Pidato ini disampaikannya di depan pengadilan Belanda tepatnya di Den Haag pada tahun 1927, sebagai pembelaan atas dirinya yang saat itu sedang diadili atas tuduhan menjadi anggota perhimpunan terlarang, terlibat dalam pemberontakan, dan menghasut untuk menentang Kerajaan Belanda. Berkat pidatonya yang menggilang ini, Muhammad Hatta pada akhirnya dibebaskan dari segala tuduhan.
Hal ini bisa juga kita jadikan perbandingan antara pengadilan di Belanda dengan di Hindia Belanda pada waktu itu. Soekarno juga pernah diadili di pengadilan Bandung dan membuat sebuah pidato pembelaan yang memukau dengan judul “Indonesia Menggugat”. Tetapi hasilnya, Soekarno dihukum 4 tahun penjara. Bisa dilihat bahwa pengadilan di Negara merdeka (Belanda) lebih memperlakukan semua orang sama di mata hukum, sedangkan di negara jajahan (Hindia Belanda), sehebat apapun pembelaannya, pegadilan tetap menjatuhkan vonis hukuman.
Penulis sengaja menyajikan kembali isi pidato Muhammad Hatta karena penulis sendiri merasa kesulitan menemukan pidato “Indonesia Vrij” ini di dunia maya. Berbeda dengan “Indonesia Mengunggat” Yang sudah banyak terdapat di dunia maya. Semoga tulisan ini dapat membantu teman-teman yang juga mengalami kesulitan yang sama dnegan penulis. Disamping itu penulis juga berharap kaum muda Indonesia dapat kembali menelaah pemikiran bung Hatta melalui pidatonya ini.
Artikel ini bersumber dari buku “Untuk Negeriku: sebuah otobiografi jilid 1” yang ditulis oleh Muhammad Hatta sendiri. Artikel ini juga hanya menyajikan pidato bung Hatta bagian awal dan akhirnya saja, karena jika dituliskan semuanya maka akan memakan waktu Tiga setengah jam untuk membacanya, seperti yang diungkapkan Muhammad Hatta sendiri. Mungkin akan terdapat perbedaan bahasa Indonesia yang digunakan pada masa dahulu dengan masa sekarang dan akan ada beberapa kalimat yang mungkin terdengar asing untuk pembaca di zaman sekarang, jadi dibutuhkan kecermatan untuk membacanya.



“INDONESIA VRIJ”
“yang Mulia Tuan-tuan Ketua dan Hakim!
“tatkala dalam tahun 1924 redaksi Indonesia Merdeka menulis kata pendahuluan untuk tahun baru, kata-kata yang berikut keluar dari pena-nya: ‘Indonesia Merdeka’ menjadi suara mahasiswa muda Indonesia, suara yang barangkali belum diperhatikan oleh yang berkuasa, tetapi suatu kali akan didengarnya. Tidak dengan tidak ada kesalahan suara itu diabaikan saja sebab di belakang suara itu ada kemauan yang tegas untuk terus mencapai hak-hak yang cepat atau lambat akan menegakkan dalam dunia ini suatu Indonesia Merdeka.
“Sedikit mereka menduga bahwa masa itu begitu cepat ada balasannya, terutama dalam lingkungan yang memerintah. Lebih kurang diduga bahwa suara itu begitu cepat dibawa ke muka pengadilan. Aku sekarang berdiri di muka Tuan-Tuan yang mulia, Presiden dan Hakim, untuk mempertanggungjawabkan tujuan dan perjuangan Perhimpunan Indonesia dan membenarkan tujuan dan perjuangan itu dari pandanganku”.
“Yang mulia Tuan-tuan Presiden dan para Hakim.”
“Hanya satu yang hendak kuterangkan dengan ringkas, yaitu bagaimana pendirian Perhimpunan Indonesia terhadap kekerasan, perkosaan. Baik dalam statutanya maupun dalam keterangan dasarnya, tidak ada anasir kekerasan. Belum pernah dikehendakinya tindakan kekerasan. Belum pernah ia berkata untuk tindakan kekerasan. Tetapi, yang pernah ada ialah bahwa ia bicara tentang kekerasan.
Dengan menganalisa perhubungan kolonial, Perhimpunan Indonesia memperoleh suatu kenyataan bahwa perhubungan itu dikuasai oleh dua tenaga yang bertentangan tujuannya, yaitu pendirian Nederland yang mau mempertahankan penjajahannya apapun yang akan terjadi dan tujuan Indonesia ke jurusan merdeka sama sekali. Dan ini menimbulkan keyakinan padanya bahwa kemerdekaan Indonesia hanya dapat diperoleh dengan kekerasan. Tetapi, hal ini bukanlah suatu pendapat yang luar biasa. Karena juga pendeta-pendeta dan anggota-anggota Perwakilan Rakyat Negeri Belanda mempunyai pendapat seperti itu, sebagaimana Mr. Duys (pembela Hatta) kemarin menunjukkan dengan berbagai kutipan. Itu adalah hukum sejarah bahwa ahirnya suatu bangsa selalu sejalan dengan penumpahan darah dan air mata.
Indonesia Merdeka menulis tentang itu dalam tahun 1924, halaman 1, sebagai berikut:
“cepat atau lambat pada suatu ketika bangsa yang terjajah mengambil kembali kemerdekaannya, itu adalah hokum besi sejarah dunia. Cuma suasana dan keadaan betaap gerakan kemerdekaan itu terjadi ikut ditentukan oleh mereka yang berkuasa. Sebagian besar bergantung kepada mereka, apakah lahirnya kemerdekaan itu sejalan dengan penumpahana darah dan air mata atau berjalan dengan proses perdamaian.”
Negeri Belanda menguasai sepenuhnya, bagaimana Indonesia akan merdeka, dengan jalan kekerasan atau dengan jalan damai. Tetapi, dengan memperhatikan sikap sebagian besar rakyat Belanda, seperti yang terjadi pada debat dalam Tweede Kamer (Majelis Rendah) pada tahun 1925 tentang undang-undang yang akan mengatur susunan pemerintahan Hindia Belanda, aku khawatir bahwa jalan yang pertama akan ditempuh.
Bahwa penjajahan Belanda akan berakhir, bagiku itu pasti. Itu hanya soal waktu dan bukan soal ya atau tidak. Janganlah Nederland menyugesti dirinya sendiri bahwa penjajahannya akan tetap sampai akhir zaman.
Ada satu hal lagi, Tuan Presiden, yang akan aku singgung, yaitu penahanan preventif kami. Kami berdiri disini bukan sebagai penjahat, melainkan kami orang-orang yang jujur, yang membela keyakinan kami. Tuan dapat menerima apa yang aku kemukakan.
Penahanan kami selalu diberi alasan ‘takut akan lari’. Lari, Tuan Presiden? Kami terlalu jantan untuk lari. Kami berjuang untuk suatu cita-cita tinggi dan lari hanya merusak tujuan kami sendiri. Keyakinan kami barangkali bukan keyakinan Tuan, tetapi suatu hal yang dapat menyamakan pendapat kita karena kita bukan penjahat, yaitu menghargai pendapat masing-masing. Penghargaan itu akan menginsafkan Tuan bahwa lari adalah suatu perbuatan pengecut yang tak mungkin akan kami lakukan.
      Tetapi, baiklah aku bicara tidak dalam abstrakto saja, akan aku sebutkan bukti yang nyata untuk menginsafkan Tuan bahwa alasan ‘Taku akan lari’ tidak ada dasarnya sama sekali. Apabila sekitarnya ada niatku untuk lari, justru Nederland tak akan pernah dapat menangkapku. Aku sedang berada di Swiss, waktu penuntutan terhadap kami bermula dengan penggeledahan di rumah-rumah kami. Dan aku akan tetap tinggal disana apabila ada kiranya padaku rasa takut akan dituntut berdasarkan hukum pidana. Sebaliknya! Justru, berhubung dengan kemungkinan perkara kami akan dimajukan ke muka mahkamah yang aku duga akan terjadi pada akhir September, aku persingkat masa liburku di luar negeri dan aku kembali ke Nederland. Juga teman-temanku yang tiga orang ini waktu masa libur berada di luar negeri. Apabila sekiranya ada pada mereka niat akan lari, mereka akan tetap saja ada disana. Tetapi, Tuan Presiden, kejujuran kami melarang kami dibayar dengan mengurung kami lima setengah bulan dalam penjara.
Alasan ‘takut akan lari’ sama sekali tidak dapat dipertahankan. Sebab itu aku mendesak kepada Tuan, sambil menunggu keputusan Tuan tentang perkara kami, tahanan preventif kami segera dicabut. Aku percaya bahwa Tuan dalam hal ini juga akan melaksanakan hukum.
     Yang terhormat Tuan-tuan presiden dan Hakim!
     Aku sampai sekarang pada akhir pembelaanku, inginlah aku mempergunakan kedudukanku sebagai orang yang tertuduh menjadi penuduh terhadap kezaliman yang diderita terus menerus oleh bangsaku. Kepada Tuan-tuan, pendukung hukum dan keadilan, aku majukan pertanyaan, apakah sesuai dengan jabatan Tuan-tuan untuk menyetujui perbuatan Pemerintah Belanda yang bertentangan dengan hukum terhadap pemuda Indonesia yang tidak berdaya. Bertahun-tahun hiudp kami di negeri ini dipersukar dengan berbagai macam cara. Kami kira bahwa kami disini dalam Negara Grotius, dimana hak asasi manusia dijunjung tinggi, merasai juga hak-hak elementer itu. Tetapi, tidak! Karena orang tidak dapat berbuat apa-apa terhadap kami, selain daripada perantaraan mahkamah, diambil cara imoril untuk menikam kami. Orang tua kami di Indonesia dengan ancaman keluar dari jabatan pemerintah atau dengan cara lain, dilarang mengirimkan uang untuk anaknya di negeri Belanda selama ia masih menjadi anggota Perhimpunan Indonesia. Tindakan itu serua dengan sebilah pedang bermata dua yang menyayat timbal balik. Pada satu pihak anaknya ditelantarkan di negeri orang dan menderita kesukaran, pada pihak lain ditimbulkan pertentangan antara bapak dan anak, antara generasi tua dan generasi muda. Juga dengan tiada ancaman itu ada hubungan yang tegang antara angkatan tua dan muda. Juga denga tiada tindakan pemerintah, ayah dan anak hidup dalam suasana terpisah. Orang tua yang hidupnya terkait kepada tradisi lama dan merasai hidupnya sudah dekat pada lobang kubur, ingin mempertahankan apa yang ada, berhadapan dengan amgkatan muda yang menyongsong sinar merah pagi dan jiwanya penuh dengan cahaya baru yang datang. Keyakinannya begitu kuat dan kepercayaannya hidup dalam hatinya yang muda, sehingga tidak dapat dibunuh. Cinta dan semangat begitu duduk dalam jiwanya sehingga anak muda, seklai pun dengan jiwa yang luka, bersedia memutuskan hubungan keluarga untuk membela kepercayaannya.
Sesungguhpun begitu, Tuan Presiden, cara mengadakan provokasi, cara menekan beberapa pelajar Indonesia disini supaya hidup sengsara dan menderita, bertentangan dengan hukum dan berdosa!
Kepada Tuan-tuan para Hakim, pengasuh hukum, aku bertanya dengan penuh kepercayaan, apakah car ini bukan suatu jalan yang tidak langsung untuk menghalangi kami di negeri ini bergerak bebas, yang bertentangan dengan hukum Undang-Undang Dasar? Kepada Tuan-tuan aku bernai bertanya dengan kepercayaan: apakah tindakan itu tidak melanggar kebebasan yang diakui oleh Undang-Undang Dasar?
   Apakah tidak akan menimbulkan kejengkelan yang lebih besar kepada kami, apabila orang dengan jalan yang sewenang-wenang saja menyuruh rasakan kepada kami, juga dengan jalan yang bertentangan dengan hukum yang berlaku, betapa sedihnya nasib menjadi bagian daripada bangsa yang tidak merdeka? Sangat jelas bahwa jaminan hukum bagi kami, putra-putra suatu bangsa yang terjajah, tidak ada dimana-mana.
    Tetapi, pemuda Perhimpunan Indonesia tahu menderita, sebagaimana tiap-tiap pemuda bangsa yang terjajah harus menderita. Masa mudanya bukan bulan terang seperti masa mudanya putra bangsa yang merdeka. Pada masa mudanya mereka menderita dan memberikan berbagai pengorbanan. Tetapi, semuanya ini membina pikirannya dan karakternya dalam perjuangan untuk cita-cita yang mengubik dan memanggil. Panggilan suara rakyat Indonesia yang banyak serasa terdengar dan menggembirakan mereka, dan bersama dengan rakyat banyak itu mereka mau berjuang.
“kami percaya masa datang bangsa kami dan kami percaya atas kekuatan yang ada dalam jiwanya. Kami tahu bahwa neraca kekuatan di Indonesia senantiasa berkisar ke arah keuntungan kami. “orang katakan- kata Indonesia Merdeka- bahwa bangsa kami, yang besar di masa yang lampau tidak lagi mampu untuk mendukung kebesaran di masa datang bahwa tidak mungkin lagi mengatasi garis yang menurun. Kami tidak akan mengadili bangsa kami, sejarah akan menentukannya.
“sinar merah masa datang sudah mulai menyingsing sekarang. Kami menghormati itu sebagai datangnya hari baru. Pemuda Indonesia harus menolong kami mengemudi ke jurusan yang benar. Tugasnya ialah mempercepat datangnya hari baru itu. Ia harus mengajar rakyat kami kegembiraan; bukan sengsara saja yang harus menjadi bagiannya. Mudah-mudahan rakyat Indonesia merasa merdeka di bawah langitnya dan mudah-mudahan mereka merasa menjadi Tuan sendiri dalam Negara yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka.
“Yang Mulia Tuan-tuan Hakim!”
“sekarang aku sedang siap menunggu keputusan Tuan-tuan tentang pergerakan kami. Kata-kata Rene de Clerq, yang dipilih pemuda Indonesia sebagai petunjuk, hinggap di bibirku:
Hanya satu tanah yang dapat disebut Tanah Airku, Ia berkembang dengan usaha, dan usaha itu ialah usahaku.


Sumber: Hatta, Muhammad. (2011). “Untuk Negeriku: sebuah otobiografi jilid 1”. Jakarta: Kompas.