Berawal
dari gigiku geraham paling ujung sebelah kiri yang terasa sakit banget, aku
akhirnya memutuskan untuk pergi ke Pusat
Layanan Kesehatan (PLK) Kampus B untuk memeriksakannya. Sebelumnya aku sudah
mengecek kondisi gigiku di cermin. Terlihat seperti ada rambut di atas
gerahamku. Ternyata itu adalah awal mula karies atau gigi berlubang. Daripada tambah
parah, aku memutuskan untuk pergi ke poli gigi PLK Kampus B.
Niat
awalku hanyalah untuk mendapatkan obat sakit gigi dan berharap gigiku akan sembuh
dengan sendirinya setelah mengonsumsi obat tersebut. Namun dokter Astrid yang
memeriksaku meminta untuk melakukan pengecekan gigi. Aku diminta berbaring di
kursi khusus. Sebelum dilakukan pemeriksaan aku bertanya apakah akan terasa
sakit? Karena ini pengalaman pertamaku melakukan pemeriksaan gigi. Dokter Astrid
mengatakan akan sedikit ngilu. Dia meminta jika terasa ngilu, maka angkat
tangan kiriku dan jangan langsung menutup mulut.
Kemudian
dimulailah pemeriksaan dan pembersihan gigi gerahamku dengan alat khusus. Dan benar
saja, tiba-tiba terasa sakit dan aku segera mengangkat tangan kiriku. Kemudian dokter
Astrid mengatakan kalo gigiku berlubang dan telah mencapai saraf makanya terasa
sakit. Dokter menyarankan agar gigiku ditambal. Untuk itu aku perlu bolak-balik
PLK Kampus B selama 6-8 kali pertemuan. Tujuannya untuk pelan-pelan membersihkan
gigiku sehingga pada hari terakhir gigiku siap ditambal. Lanjutnya lagi, untuk
pemeriksaan gigi biayanya gratis karena telah ditanggung kartu mahasiswaku. Namun
untuk tambal gigi perlu biaya 200 ribu rupiah. Jika ingin menggunakan BPJS, dia
bisa memberikan rekomendasi untuk rumah sakit umum.
Setelah
terdiam dan berpikir beberapa saat mempertimbangkan segala konsekuensinya
akhirnya aku memutuskan untuk melakukan penambalan gigi dengan dokter Astrid
saja. Daripada harus antri panjang di rumah sakit umum. Dan daripada aku
tunda-tunda hingga sakitnya lebih parah, lebih baik segera aku obati. Setelah setuju,
aku diminta untuk melakukan foto/scanning gigi di laboratorium. Tujuannya untuk
mengetahui secara pasti posisi akar gigiku yang bermasalah sehingga tidak salah
prosedur. Ada beberapa laboratorium klinik yang disarankan oleh dokter Astrid. Aku
memilih untuk datang ke laboratorium klinik Pramita.
Dua
atau tiga hari setelah pemeriksaan di PLK, aku pergi ke laboratorium klinik
Pramita. Sesampainya disana aku melakukan pembayaran sebesar 180 ribu rupiah
untuk scanning gigi. Diskon 20 ribu karena bertepatan dengan hari batik. Kemudian
aku diminta masuk ke sebuah ruangan oleh petugasnya. Petugas kemudian meminta
aku menyelipkan karton khusus seukuran domino kertas di gerahamku dan
menahannya beberapa saat untuk di foto. Aku melakukannya sebanyak 2 kali karena
pengambilan foto pertama hasilnya buram disebabkan aku terlalu mual ketika
karton tersebut menyentuh lidahku. Lidahku sensitif jadi ga bisa kena benda
asing, efeknya aku jadi mual-mual. Setelah itu aku diminya menunggu beberapa
menit dan Tadaa.. hasilnya langsung jadi.
Sorenya
aku kembali ke PLK Kampus B membawa foto tersebut. Aku cukup khawatir hasil
fotonya tidak bagus karena aku kesulitan menahan rasa mual yang disebabkan oleh
karton khusus tersebut. Tapi dokter Astrid mengatakan tidak masalah dan fotonya
bisa digunakan. Kemudian aku kembali dibaringkan di kursi khusus yang
dilengkapi alat-alat kesehatan gigi. Gigi gerahamku seperti disemprot dengan
air dan ada alat khusus yang digunakan untuk menyedot air tersebut agar tidak
menggenang di mulut. Dalam bekerja, dokter Astrid dibantu asistennya yang
seorang perawat. Saat gerahamku terasa sakit, dokter Astrid menghentikan
pekerjaannya dan memberitahuku untuk datang di hari selanjutnya. Jadi tujuan
banyak pertemuan tersebut adalah untuk mendobrak rasa sakit di gerahamku
sehingga makin hari rasa sakitnya berkurang dan membetulkan posisinya secara
perlahan dan memberi kesempatan gigi gerahamku untuk beradaptasi sehingga tidak
sakit lagi sebelum ditambal. Maafkan penjelasanku yang agak ribet karena itu Cuma
pemahamanku saja.
Aku
biasanya ke PLK setiap hari Selasa, Rabu, atau Jum’at. Sebanyak 5 kali aku
bolak balik PLK dan melakukan hal yang sama. Ketika hari ke 6 aku melakukan
penambalan gigi. Ternyata ada dua pilihan, satu yang gratis untuk mahasiswa
namun belum bisa makan secara nyaman selama 24 jam dan ada kemungkinan
tambalannya melengkung ke bawah alias ga rata dan pilihan kedua yaitu tambalan
yang lebih bagus dan bisa langsung makan tapi berbayar 90 ribu. Aku akhirnya
memilih yang kedua. Setelah melakukan penambalan aku mengucapkan terima kasih
kepada dokter dan perawatnya.
Total
biaya yang aku keluarkan adalah 470 ribu rupiah dengan rincian, 200k biaya pertemuan
6-8 kali, 180k biaya foto gigi, 90k biaya tambal gigi. Setelah kejadian ini aku
jadi lebih aware terhadap kesehatan gigi dan mulut. Di tulisan selanjutnya aku
insya Allah akan membahas pengalamanku membersihkan karang gigi pertama kali.