Asosiasi
Psikologi Islam (API) merupakan satu dari 13 asosiasi atau ikatan yang ada di
Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI). Selain API, di HIMPSI juga terdapat
asosiasi atau ikatan lainnya seperti Asosiasi Psikologi Kristiani (APK),
Asosiasi Psikologi Forensik (APSIFOR), Ikatan Psikologi Olahraga (IPO), Ikatan
Psikoterapis Indonesia, dan lainnya dengan total 13 asosiasi atau ikatan.
Salah
satu tujuan dari API adalah sebagai sarana perkembangan Psikologi Islam di
Indonesia dan sekaligus memberikan banyak kemanfaatan bagi masyarakat luas.
Psikologi Islam sendiri berangkat dari kenyataan bahwa psikologi kontemporer
dalam perkembangannya dianggap mengalami distorsi yang fundamental, psikologi
yang seharusnya membicarakan konsep jiwa, namun ternyata tidak mau tahu dengan
hakikat jiwa. Serta keberatan akan praktek melandaskan kajian perilaku manusia
pada hasil penelitian terhadap perilaku hewan, sehingga seolah-olah psikologi
mempelajari yang “tidak berjiwa” (Mudjib & Muzakir, 2002). Kemudian psikologi
kontemporer juga cenderung mengabaikan latar belakang kebudayaan dan
karakteristik masyarakat. Karena teori yang dikembangkan di suatu daerah dengan
budaya serta karakteristik masyarakat tertentu belum tentu sesuai untuk
diaplikasikan di daerah lain dengan karakteristik masyarakat dan budaya yang
berbeda.
Konsep ini juga didukung oleh seorang psikolog asal
Amerika yang bernama Erich Fromm. Dia menyatakan
bahwa kebutuhan utama manusia untuk hidup secara bermakna yang berwujud
aktivitas menyembah Sang Pencipta, belum dipenuhi oleh peradaban Barat
(Amerika). Para psikolog lain seperti P. Scott Richards dan Allen E. Bergin
dari American Psychological Association (APA) juga menyatakan bahwa pentingnya
memasukkan nilai religius dan spiritual dalam intervensi psikologi.
Di Indonesia, momentum Psikologi Islam diawali dengan
terbitnya sebuah buku hasil karya Djamaluddin Ancok & Fuad Nasahari Suroso
dengan judul Psikologi Islami,
Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi (1994). Kemunculan buku ini
berbarengan dengan berlangsungnya kegiatan Simposium Nasional Psikologi Islam I.
Psikologi
Islami didefinisikan sebagai ilmu yang berbicara tentang manusia, terutama masalah
kepribadian manusia, yang berisi filsafat, teori, metodologi dan pendekatan
problem dengan didasari sumber-sumber formal Islam, akal, indera dan intuisi (Ancok & Suroso, 2005). Sedang menurut
Baharuddin (2005), Psikologi Islam adalah sebuah aliran baru dalam dunia
psikologi yang mendasarkan seluruh bangunan teori-teori dan konsep-konsepnya
kepada Islam. Dapat disimpulkan, Psikologi Islam adalah ilmu tentang jiwa dan
perilaku manusia berdasarkan sumber utama Islam, yaitu Al-qur’an dan Hadis.
Ada perbedaan pendapat untuk menamai konsep
psikologi baru ini dengan “Psikologi Islami” (dengan i) atau “Psikologi Islam”
(tanpa i). “Psikologi Islami” mewakili pilihan para ahli untuk
menonjolkan ilmu psikologi yang dilatari oleh konsep Islam, sedang “Psikologi
Islam” dimaksudkan “sebagai bagian” dari studi Islam untuk menjelaskan berbagai
fenomena psikologi. Semenjak
berdirinya Asosiasi Psikologi Islami pada tahun 2002, nama resmi yang diakui
untuk konsep psikologi baru ini adalah “Psikologi Islami” (dengan i). Namun
setelah konferensi API pada tahun 2015, nama yang disepakati adalah “Psikologi
Islam” (tanpa i).
Mengenai
ruang lingkup Psikologi Islam, jika ruang lingkup psikologi kontemporer
terbatas pada tiga dimensi, yaitu: dimensi fisik-biologi, dimensi kejiwaan dan
sosiokultural. Maka Psikologi Islam juga mencakup dimensi kerohanian (spiritual).
Selain itu, terdapat beberapa alternatif metode yang bisa digunakan untuk
membangun Psikologi Islam yaitu Metode Pragmatis dan Metode Idealistik (Mujib
& Mudzakir, 2002). Metode Pragmatis adalah metode pengkajian dan
pengembangan psikologi Islam yang mengadopsi kerangka teori-teori psikologi
kontemporer yang telah mapan. Teori-teori tersebut kemudian dicarikan
legalisasi dan justifikasinya dari Al-Qur’an dan Hadis. Sementara Metode
Idealistik yaitu metode yang lebih mengutamakan penggalian Psikologi Islam dari
ajaran Islam sendiri. Metode ini menggunakan pola deduktif dengan cara menggali
premis mayor (sebagai postulasi) yang digali dari Al-Qur’an dan Hadis.
Jika
tujuan Psikologi Barat hanya tiga; menguraikan, meramalkan dan mengendalikan
tingkah laku, maka Psikologi Islam menambah dua poin; yaitu membangun perilaku
yang baik dan mendorong orang hingga merasa dekat dengan Allah SWT. Konseling
Psikologi Islam tidak hanya fokus pada sekitar masalah sehat dan tidak sehat
secara psikologis saja, namun juga menembus hingga bagaimana orang merasa
hidupnya bermakna.
Namun
perlu diingat bahwa meskipun Psikologi Islam tidak dapat terpisahkan dari agama
Islam, Psikologi Islam adalah
ilmu pengetahuan yang harus dikembangkan secara ilmiah. Artinya, integrasi antara
psikologi dan agama tidaklah dilakukan secara ngawur atau mereduksi fenomena
keagamaan menjadi semata-mata fenomena psikologi. Psikologi Islam juga tidak
untuk disakralkan atau menggantikan peran agama dalam upaya mengatasi
permasalahan kejiwaan.
Diatas
semua itu, Psikologi Islam sebagai disiplin ilmu yang relatif muda masih
memiliki beberapa kendala sendiri saat ini seperti integrasi psikologi dengan
Islam yang masih bertaraf teoritik dan belum pada tataran aplikatif serta belum
adanya alat tes dalam mengukur kriteria-kriteria tertentu. Dengan semakin
dikenalnya Psikologi Islam, harapannya kalangan ilmuan psikologi, praktisi,
peneliti dan siapapun yang tertarik dengan Psikologi Islam dapat menemukan
solusi atas permasalahan ini sehingga membuat Psikologi Islam menjadi disiplin
ilmu yang kokoh.
Referensi:
Ancok,
Jamaluddin Ancok & Fuad Nashori. 2005. Psikologi Islami. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Badri, M. B. 1993. Dilema Psikolog Muslim. Yogyakarta: Pustaka Firdaus.
Baharuddin. 2005. Aktualisasi Psikologi Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bastaman,
Hanna Djumhana. 1997. Integrasi
Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Jamaluddin, Dadan dkk. 2006.
Psikologi Islami, alternatif pendekatan lewat kacamata Islam, diskusi reguler jurusan Tasawuf Psikoterapi.
Fakutas Ushuluddin.
Mujib, Abdul &
Mudzakir. 2001. Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta: Raja Grafindo.
Purwoko, Saktiyono B. 2012. Psikologi Islami: Teori dan Penelitian
(cetakan kedua). Saktiyono Wordpress.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar