Sabtu, 04 April 2015

Marapi 2.891mdpl

Selamat malam mblo? Sudah makan? Makan apa? Makan perasaan?  T.T
Sebenarnya malam ini ada gerhana bulan total, tapi karena hujan ga keliatan. Padahal gue pengen banget liatnyaa.. ya udahlah.
Oke, malam ini gue mau cerita tentang pendakian kedua gue ke MARAPI. Setelah pendakian pertama yang kurang sukses, gue berniat kembali untuk mendaki. Kali ini gue berangkat bareng teman-teman SMA gue karena mereka kebetulan juga lagi libur waktu itu.
Kami yang berangkat ke marapi ada 5 orang. Berbeda dari cerita sebelumnya yang pake nama samaran, kali ini gue pake identitas asli teman-teman gue yang pergi. Berikut ini gue kenalin personelnya satu persatu....
yang pertama Agung, anak teknik informatika Universitas Padjajaran (UNPAD) , biasanya ketika SMA kalo ada acara jalan-jalan dialah pencetusnya. Dia sangat bersemangat dengan pendakian ini. agung berencana melakukan pendakian ketika kembali ke Jatinangor, jadi dia menganggap pendakian ke marapi ini sebagai latihan.
Yang kedua ada Zakhwan, anak Teknik Mesin Universitas Andalas (UNAND), dulu waktu baru kenal dia super pendiam, ternyata aslinya dia gila dan kocak, di masa SMA zakhwan adalah teman gue dalam melakukan hal-hal absurd. Ketika kami ngajak dia buat ikut pendakian ini, dia mau-mau aja.
Selanjutnya Syafril, atau kami biasanya manggil Ajo (nama panggilan buat orang Pariaman). Ajo ini kuliah di Teknik Lingkungan UNAND, biasanya dia paling susah diajak jalan-jalan, tapi kali ini dia mau ikut, hobinya futsal.
Lalu ada habib, teman sejurusan gue di Psikologi Universitas Negeri Padang (UNP) sekaligus teman seranjang, eh maksudnya teman sekamar gue di kos an. Dia dulu sekolah di MAN model Padang.
Dan terakhir gue....
Kami berempat berangkat dari Solok hari Rabu, tanggal 28 Januari 2015, sementara Habib menunggu di Bukittinggi. Sebenarnya kami akan berangkat hari sabtu minggu lalunya tapi karena cuaca ga mendukung perjalanannya kami undur jadi Rabu. Karena kami mengundur perjalanan, tenda yang rencana akan kami sewa di solok telah disewakan kepada orang lain. Maka kami putuskan untuk menyewa tenda di kotobaru, suatu daerah sebelum menuju pos pendaftaran. Setibanya disana ternyata tempatnya tutup. Harapan terakhir kami di Bukittinggi. Kalo ga ketemu tempat penyewaan tenda, bisa-bisa rencana pendakian ini batal. Untungnya kami berhasil menemukannya di daerah ngarai, tenda dengan kapasitas 4 orang (walaupun kami berlima) dengan harga 40rb untuk 24 jam. Setelah mendengar beberapa petuah dan nasehat dari pemilik tenda kami berangkat menjemput habib di kos gue.
Setiba di kos hari telah malam, pendakian memang malam hari rencananya akan kami lakukan. Di kos kami makan dulu. Pukul 21.30, Setelah membeli beberapa air mineral (3 botol ukuran 1 liter untuk satu orang), biskuit dan roti kami berangkat ke kotobaru, lalu belok kiri di pasarnya kalau dari bukittinggi, kami menuju pos pendaftaran.
Biaya administrasinya 7rb per orang dan 10rb per motor. Setelah mendaftarkan nama dan membayar biaya adminstrasi, petualangan pun dimulai. Kami mulai menuju pos satu. Untuk kondisi geografis Marapi mungkin ga akan gue jelasin panjang lebar lagi karena udah gue bahas di pendakian pertama, cerita sebelumnya. Sesampai di pos satu kami beristirahat sebentar, dan pukul 11 malam kami mulai memasuki hutan lebat menuju puncak. Diantara kami berlima hanya gue dan habib yang pernah mendaki. Itupun baru satu kali. Sebenarnya kami agak nekat juga pergi mendaki.
Agung berinisiatif berjalan paling depan, walaupun belum pernah mendaki. Gue udah ngasih saran ke agung, yang harus dia lakukan hanya mengikuti jalur yang ada. Belum beberapa lama berjalan gue minta istirahat. Sialan, berbeda dari pendakian pertama, kali ini gue lebih cepat lelah. Kata zakhwan mungkin karena rasa ingin tahu gue udah ga sebesar pendakian pertama. Beberapa kali gue minta istirahat. Akhirnya gue ngerti perasaan Halim(nama samaran) di pendakian pertama.
Setiap ada jalan yang bercabang, gue ngasih tau ke Agung jalan mana yang harus diambil. Seingat gue ketika mendaki Marapi, ketika ada jalan bercabang, lu harus ngambil yang kanan terus, kecuali di satu tempat yang lu harus ambil kiri.
Belajar dari pengalaman sebelumnya kali ini kami punya cukup senter. Walaupun begitu sekeliling kami tetap gelap, kami harus berhati-hati memilih jalan. Bayangkan kami berjalan dini hari di tengah hutan yang gelap, mana sepi lagi, ga ada pendaki lain. Gue sempat melihat bayangan-bayangan menyeramkan, yang gue anggap Cuma halusinasi gue ato bayangan ranting pohon. Ternyata zakhwan juga melihatnya, dia menceritakan ini ketika kami telah turun. Di saat pendakian gue hanya diam, ga cerita kalo gue lihat bayangan aneh dan tetap jalan, ga mau merusak suasana pendakian.
03.00 dini hari
Kami telah berjalan selama 4 jam, dan kami rasa sebentar lagi kami akan sampai. Sepanjang perjalanan kami isi dengan bercerita dan terus saling menyemangati. Satu botol air mineral telah habis. Rute yang kami lewati mulai sulit, kami mulai sering memanjat akar-akar pohon yang besar, melewati pohon tumbang, berjalan di sela-sela saluran air alami dari tanah.
04.00 dini hari
Mulai terdengar suara mengaji dari kaki gunung. Ajo terkejut sekaligus kagum karena suara bacaan Alquran bisa sampai ke atas sini. Ketika pendakian pertama gue juga tertegun mendengarnya. Kalo sebelumnya gue yang banyak minta istirahat, maka sekarang Ajo lah yang banyak minta istirahat. Hingga pada suatu ketika dia minta berhenti karena rasa mual, kepalanya juga pusing. Dia merasa udah ga kuat lagi. Untungnya kami udah sampe di pintu angin, tempat peristirahatan para pendaki sebelum menuju cadas. Setelah cadas adalah puncak. Kami berencana mendirikan tenda disini. Namun sebelum itu kami beristirahat dulu menunggu kondisi ajo pulih. Habib ngasih minyak angin ke dia.
Sembari beristirahat  di sebuah batu gue melihat ke langit, kali ini tidak ada lagi pepohonan yang menutupi pemandangan ke langit. Dan hal yang gue liat adalah hal yang gak akan gue lupakan seumur hidup (insya ALLAH). MASYA ALLAH, AMAZING! Langit dipenuhi bintang, milky way (bima sakti) terlihat jelas. Hampir tidak ada ruang kosong dilangit. Sangat sangat indahh.. lebih indah dari bintang yang gue liat di planetarium. Gue merasa kecil dihadapan Tuhan dengan segala ke Maha kuasaan Nya. Dalam hati gue berpikir kalau saat ini muncul bintang jatuh pasti keren. Dan tak beberapa lama kemudian doa gue dikabulkan ALLAH, di sebelah selatan muncul bintang jatuh. Hanya sepersekian detik, tapi sangat SPECTACULAR! Terima kasih ALLAH karena telah memperlihatkan keindahan ini. tentu saja gue ga berdoa ke bintang jatuh, ajaran bodoh macam apa itu.
Gue langsung bilang ke Agung kalo gue ngeliat bintang jatuh. Agung yang pennasaran juga ngeliat ke langit, tapi tak ada bintang jatuh yang muncul lagi. Sayangnya gue ga punya kamera yang bisa menangkap keindahan bintang-bintang ini. biarlah gue simpan di dalam memori gue aja.
Untuk meringankan beban ajo gue bertukar tas dengan Ajo. Selama ini, Ajo lah yang membawa tenda. Pantas saja dia kelelahan. Kami mulai melanjutkan perjalanan sedikit lagi. Hingga pada suatu ketika kami menemukan jalan buntu. Gue bilang ke teman-teman kalo seharusnya kita akan menemukan sebuah jurang kecil, nantinya kita akan lompat ke sisi seberang. Tapi karena gelap kami tidak menemukan tempat tersebut, senter tidak cukup membantu. gue menemukan jalur lagi, tapi gue ga yakin ini jalan yang benar karena yg gue ingat kami harus melompati jurang kecil. Setelah agung memeriksa jalur tersebut,  ternyata tidak ada lagi jalan di ujung jalur, hanya semak belukar.
05.00
Oke, karena buntu maka kami putuskan untuk mendirikan tenda di tempat yang agak lapang dekat situ, esok pagi kami akan cari lagi jalurnya. Di atas telah terdengar suara pendaki-pendaki lain. Ada banyak. Kami mendirikan tenda disamping tenda milik pendaki lain. Di depan tenda mereka Agung melihat botol Bir. Setelah itu kami berlima tidur di dalam tenda seperti ikan sarden. Tenda yang seharusnya kapasitas 4 orang kami isi berlima. Namun masalah paling utama adalah kaki kami kedinginan walaupun telah pakai kaus kaki. Kami hanya bisa menahan rasa dingin tersebut dan kemudian terlelap tidur.
06.00 ..
angin sangat kencang diluar, tenda kami nyaris roboh, kami semua cemas, tidak berani keluar. Akhirnya gue kembali tertidur.
07.30..
Untung tenda kami tidak roboh. Angin mulai tenang, tapi tetap saja diluar dingin. Gue keluar tenda. Matahari telah bersinar. Gunung singgalang terlihat jelas dihadapan kami.

zakhwan, Ajo, gue dan Habib dengan latar Singgalang

08.00..
Setelah menemukan jalur yang tepat, Kami semua melanjutkan perjalanan ke cadas dan selanjutnya puncak. Kami meninggalkan tenda di tempat kami mendirikannya. Kami hanya membawa makanan dan air mineral ke puncak. Jalan cadas penuh kerikil dan di pinggirnya jurang. Kami sering berhenti dan melihat sekeliling. Ternyaat kami telah lebih tinggi dari awan. Awan yang bergumpal-gumpal seperti negeri diatas langit, bergerak beriringan. Ada juga ynag menabrak gunung singgalang.
Setelah satu jam, kami sampai di puncak. semua rasa capek itu hilang. Kami bersyukur bisa sampai ke puncak. senyum lebar terbersit dari wajah kami semua. Kami disambut oleh tugu peringatan Abel Tasman, seorang pendaki yang rela mengorbankan dirinya untuk menolong pendaki lain dari terpaan batu panas(lava pijar) ketika marapi tiba-tiba meletus.
Setelah berfoto dekat kawah kami melanjutkan perjalanan ke puncak merpati, lebih kurang 15 menit. Saat itu aroma belerang begitu kuat tercium. Aku teringat pesan penyewa tenda yang mengatakan saat ini marapi sedang dalam “panas-panasnya”. hal yang bikin gue agak miris adalah banyak batu-batu yang dicoret oleh orang-orang yang "katanya" pecinta alam.
                                     


Dari puncak merpati kami lanjutkan ke taman edelweis. taman yang berisi bunga edelweis yang tak akan layu. walaupun dilarang dipetik tapi kami melihat seorang wanita memetiknya sebanyak genggaman dua tangannya hingga membentuk buket bunga edelweis. Cukup lama untuk ke taman tersebut, kurang lebih setengah jam. Cuaca di cadas yang dingin tiba-tiba menjadi panas di puncak. kami berjalan dibawah terik matahari. Setelah itu kami putuskan untuk kembali ke tenda karena tenaga kami telah terkuras habis. Di perjalanan menuju tenda zakhwan berharap seandainya banyak teman-teman kami yang ikut mendaki, pasti seru.

menuju puncak merpati

dari puncak merpati

Untungnya tenda kami masih ada, sesampainya ditenda kami kembali tidur, kecuali habib dan zakhwan. Mereka gak bisa tidur dan lebih memilih mendengarkan musik.
14.30..
Setelah sarapan, Kami turun ke kaki gunung. Perjalanan lebih banyak kami habiskan dalam diam. Sesekali kami berlari-lari kecil agar cepat sampai dibawah. Zakhwan mulai kelelahan. Dan setelah setengah perjalanan dia benar-benar kecapean. Kami memperlambat jalan. Jalan terlihat sama bagi kami. Ajo dan agung mulai sering bertanya ke gue berapa lama lagi untuk sampai ke pos satu. Gue terus ngasih mereka harapan.  Zakhwan mulai berjalan dengan dibopong oleh habib.
18.00 ..
Kami hampir sampai ke pos satu. Mungkin sekitar 5 menit lagi. Kami semua berjalan dalam diam. Tiba-tiba dari atas pohon ada suara teriakan, lalu diikuti oleh sekelebat bayangan yang melompat. Ternyata itu kumpulan kera yang berebutan makanan. mereka ada banyak. Kami mulai waspada. Dan dari arah samping kanan gue, dari arah semak belukar terdengar suara kasak kusuk yang semakin mendekat. Gue lari dan tepat pada waktunya dari tempat yag gue tinggalkan tadi keluar melintas seekor kera yang terus jalan masuk ke semak belukar lainnya. Kami semua panik saat itu dan bergegas berjalan. Setelah agak jauh kami semua tertawa lega.
Akhirnya kami sampai di pos satu. Kami membersihkan diri di toilet terdekat dan pergi sholat secara bergantian. Kami kemudian duduk-duduk. Ternyata setelah diperiksa, di dalam tas zakhwan ada batu yang diisikan oleh Ajo. Pantas saja zakhwan kelelahan. Kami kemudian turn ke pos pendaftaran dan kembali ke kos gue.
ALHAMDULILLAH. Ya bisa dibilang perjalanan ini berhasil, hanya saja kami belum sempat melihat sunrise ataupun sunset. Kepada para pembaca blog ini gue cuma pengen bilang MENDAKI ADALAH HAL YANG WAJIB KAMU COBA LAKUKAN MINIMAL SEKALI DI HIDUP KAMU! Impian gue selanjutnya adalah gue bisa pergi di pendakian selanjutnya bareng kamu, iyaa kamu, yang lagi baca ini, love you..

Bagi yang mau nanya-nanya atau berbagi pengalaman silahkan sharing di kolom komentar, thanks!
itu agung yang di depan


Sabtu, 07 Februari 2015

minus 2.891mdpl

Assalamu’alaikum...
Gimana kabarnya? Pada sehat?
          Akhirnya mood gue buat nulis datang lagi. Kali ini seperti yang udah gue bilang sebelumnya gue bakalan cerita tentang pendakian perdana gue ke Marapi. Bukan Merapi ya, tapi Marapi. Kalau Merapi ada di pulau jawa, sedangkan Marapi ada di Sumatera Barat. Marapi merupakan salah satu Gunung yang paling aktif di Sumatera dengan ketinggian 2.891 m diatas permukaan laut. Cerita yang bakalan gue ceritain ini adalah kisah sebenarnya, seperti saat terjadinya dan gue juga kumpulin informasi dari teman-teman gue mengenai apa yang terjadi pada waktu itu untuk menambah keakuratannya. Nama orang-orang yang terlibat bakalan gue ganti, jadi gak pake nama sebenarnya.  Oke, ini diaa...
Kisah perjalanan ini dimulai dari kamar kos gue yang kecil. Saat itu hari Senin tanggal 22 Desember 2014, anak-anak pada kumpul di kos gue. Kebetulan hari itu kami dalam masa-masa UAS, tinggal satu mata kuliah lagi tanggal 30. Jadi sampai nunggu tanggal 30 kami nganggur. Tiba-tiba teman gue,   Halim, nyeletuk...
“kita pergi mendaki yuk?”
“kemana? Marapi?” tanya gue.
“yoii...”
“Kedengarannya seru tuh, lagian gue juga belum pernah mendaki” kata Doni, teman gue yang berbadan tegap.
“wahh.. gue emang udah lama pengen pergi” sambung Keling, cowok kurus agak gelap teman gue juga.
“Gue telpon Ismail dulu, secara kan dia udah sering ngedaki Marapi” jawab Halim menimpali.
Setelah itu Halim nelpon Ismail dan Ismail setuju buat pergi, padahal yang gue tau dia baru turun dari Marapi juga 2 hari yang lalu (tgl 20). Ismail ini memang udah sering ngedaki Marapi, bahkan katanya dia ke Marapi cuma buat jogging.
“oke, kata Ismail dia bisa. Kita pergi hari Rabu malam tgl 24, kita usahain sampe puncak pas sunrise” kata Halim kemudian.
“kita juga ambil bunga edelweis” kata keling. Padahal jelas-jelas bunga itu dilarang diambil.
“Cuma kita berlima aja nih yg pergi?” tanya Doni.
“lebih baik sedikit, kalau banyak-banyak susah nantinya. Oke, gue cabut dulu, hari Rabu kita kumpul lagi buat bahas perlengkapan” jawab Halim.
Setelah itu kami bubar dan hari-hari berjalan sesuai biasanya, sampai-sampai gue hampir lupa bakalan mau mendaki. Rabunya sehabis ujian sosiologi kita kumpul lagi di kampus ngebahas peralatan yang mau dibawa. Disana juga ada Ismail.
“oke, kalau gitu gue ulang sekali lagi, jadi barang-barang yang harus dibawa, air mineral ukuran besar 2 buah seorang, roti, kopi, beras, panci kecil, kompor gas otomatis yang kecil, matras, tenda, sepatu yg ga licin, sarung, minyak urut, garam, senter, dan perlengkapan lain yang kalian rasa perlu” kata Ismail panjang lebar.
“kalian udah dengar kan? Udah paham semuanya?kita pergi malam ini, jam 8” Sambung Halim.
“oke, gue ngerti. Gue mau balik dulu buat nyiapin peralatan sekaligus pamit ma ortu” kata Doni yang asli Bukittinggi.
“gue mau ngajak Liam buat pergi juga”. Kata keling. Liam adalah teman kami juga di psikologi.
“gue mau tidur” kata gue.
Habis itu kita bubar dan gue balik ke kos.jam menunjukkan pukul 1 siang. Gue mencoba tidur untuk agar nanti malam gak terlalu kecapean. Namun entah kenapa saat itu gue susah buat tidur, udah ganti posisi berapa kali, bolak balik sana sini susah juga buat tidur. Lalu saat itu pintu kost terbuka, gue langsung pura-pura tidur dibalut selimut...
ndehh, ndak ado urang do(ndehh.. gak ada orang)” ternyata keling. Lalu dia pergi lagi.
Tak beberapa lama kemudian datang lagi Halim, gue kembali pura-pura tidur.
“ternyata re emang tidur seperti yang dibilangnya tadi siang. Eh tunggu dulu, dia ga pura-pura tidur kan?” kata Halim sambil menengok mata gue.
“ternyata dia emang tidur benaran.” Lalu Halim pergi. Gue lega. Jujur aja gue emang gak suka diganggu kalau lagi mau tidur. Dan tak beberapa lama kemudian pun gue emang tidur benaran.

Sorenya gue bangun,lalu sholat, makan,trus hidupin laptop, internetan,  nonton. Gue sama sekali gak nunjukkin tanda-tanda mau pergi mendaki. Perlengkapan pun belum ada gue siapin satu pun. Gue punya alasan, biasanya kalau kita terlalu antusias sesuatu itu bisa saja gak sesuai sama yang kita inginkan, gue ga mau terlalu kecewa nantinya, jadi gue biasa-biasa aja. Padahal mendaki adalah keinginan gue sejak smp.

Malamnya habis isya si keling mulai datang ke kos. Disampingnya ada Liam juga. Liam ibarat Ian di film 5cm bagi kami. Liam berbadan besar, seperti tokoh ian. Dia punya penyakit asma, tetapi semangatnya untuk pergi sangat tinggi. Lalu muncul Halim. Akhirnya gue siap-siap juga. Gue mulai nyiapin baju hangat. Lalu hape gue berbunyi, ada sms dari Ismail. Bunyinya,” sorry gue ga bisa pergi, tolong sampaikan ke teman-teman. gue sakit“. Nah! Benar kan, apa yg gue takutin terjadi. Ismail adalah orang yang paling berpengalaman diantara kami, dia adalah orang yag kami jadkan pemandu, dia yang paling sering mendaki, selain da ga ada satupun diantara kami yang pernah mendaki. Kecuali si Halim, itupun Cuma sekali, dan dia terlihat ragu.
Sms tadi gue liatin ke Halim,
“kampret, kenapa dia ga bilang dari tadi siang. Kita udah siap-siap nih. Apalagi Doni udah diperjalanan menuju kemari” kata Halim marah.
Tak beberapa lama kemudian si Doni datang, lalu gue, Halim, keling, Liam dan Doni berkumpul membahas ini.
“barusan Ismail sms, dia ga bisa pergi katanya. Dia sakit. Sekarang teman-teman maunya gimana? Kita lanjutin atau engga?”  kata Halim
“gue emang pengen mendaki tapi gue juga harus berpikir realistis, kalau rute nya ga jelas, gue ga bisa pergi.” Kata gue.
“atau gini aja, ini kan persiapan udah beres, gimana kalau kita coba aja dulu pergi, kita coba seberapa sanggup, kalaupun ga sampai puncak setidaknya kita udah mencoba” kata doni.
Kamipun setuju. Saat itu di kos gue ada Alfi, dia udah pernah juga mendaki katanya. Melihat kami yang seperti hilang harapan dia mau ikut untuk membantu kami. Akhirnya gue, Halim, Liam, Keling, doni, alfi setelah meminjam kompor gas otomatis dan tenda Ismail langsung menuju koto baru tempat titik awal pendakian.  Diantara kami berenam hanya Doni yang mendapatkan izin utntuk pergi dari orang tuanya.

Kami tiba pukul sepuluh malam di pos pendaftaran. Ternyata tak seperti yang kami bayangkan, banyak juga orang yang ingin mendaki malam itu. Motor dan mobil berjejer di tempat parkir. Gue lihat awan begitu tebal diatas sana, langit tanpa bintang. Apakah kami akan kehujanan? ujar gue dalam hati. Saat itu ada juga orang yang mau datang, gue menyapa dia dengan sebutan “abang”. Lalu si Halim negur gue, katanya kalau di gunung kita manggil orang lain dengan panggilan “pak” (buat cowok) dan “buk” (buat cewek). Mitosnya kalau kita manggil nama orang, bisa saja dia diculik makhluk gaib penunggu gunung. Atau panggilan itu bisa juga diartikan kita menghargai orang tersebut, walaupun usianya kecil dari kita bisa saja pengalamannya jauh lebih banyak dari kita.

Setelah mendaftar dan membayar administrasi  7rb per orang serta biaya parkir motor 10rb per motor, kami mulai mendaki menuju pos 1. Jalan menuju pos 1 masih bagus, setengahnya beraspal. Dari pos pendaftaran ke pos 1 kira-kira 3 km dengan jalan menanjak. Disekitarnya banyak terdapat ladang penduduk. Jalannya masih sangat jelas. Sampai di pos 1 telah banyak tenda-tenda pendaki lainnya berdiri, kami pun duduk sebentar beralaskan tanah untuk menghimpun tenaga. Kami melihat pendaki lain dengan peralatannya yang bergitu lengkap, sementara kami hanya bermodalkan nekat saja dengan sedikit peralatan.

Pukul  11 malam kami mulai bergerak, sebelum berangkat kami berdoa dulu, “ya ALLAH berikanlah kekuatan kepada kami, hilangkanlah kesukaran dari kami, mudahkanlah perjalanan kami ini, naik berenam turun pun berenam, Aaminn” ujar gue yang kemudian diAminkan teman-teman. Kamipun memasuki hutan sesungguhnya. Senter dihidupkan. Doni berdiri paling depan, disusul Halim, gue, keling, Liam dan Alfi. Kami menyebrangi jembatan bambu yang dibbawahnya sungai mengalir deras.  Tak beberapa lama berjalan gue lihat di sebelah kanan ada sepasang mata biru yang bercahaya, jumlahnya ada banyak, seperti di film-film. Gue kaget, tapi teman gue diam aja. Setelah gue perhatikan lagi ternyata itu Cuma kunang-kunang. Caanntiiiknyaaa.

15 menit berjalan dan Halim minta berhenti, dia mengeluh pinggangnya sakit. Mungkin itu efek celana jeans yang dia pakai. Gue sendiri juga pakai celana jeans dengan lapisan celana training, didalamnya masih ada lagi celana pendek. Jaket pun 2 lapis gue kenakan untuk mencegah dingin. Kami mengusulkan Halim mengganti celana jeansnya, dan dia pun membuka celananya di tengah hutan hingga tinggal kolor saja, lalu dia mengambil celana training dari tas yang segera dikenakannya. Perjalanan pun kami lanjutkan, di sepanjang perjalanan kami melihat tenda-tenda pendaki lainnya yang camping disepanjang jalur. Semakin ke atas jumlahnya semakin sedikit. Setiap lewat tenda mereka, mereka menawarkan untuk mampir, “mampir dulu pak, minum dulu pak”, keramahtamahan ala gunung yang slalu gue kenang.

Suatu saat karena kelelahan kami berhenti, kami mencoba menghidupkan kompor gas otomatis. Ternyata ga bisa. Kami telah mencobanya berulang kali tetap saja tidak bisa. Akhirnya kami mengumpulkan beberapa dedaunan untuk menyalakan api. Ternyata daunnya basah, apinya ga mau hidup. Untungnya gue bawa tisu, tisu itu pun kami bakar kemudian ditambah beberapa ranting yang kering akhirnya api pun nyala, tak beberapa lama kemudian api itu kembali mati. Pelajaran pertama gue di alam, API itu penting!

Pukul satu malam..

Setelah kembali berjalan, kami menemukan tenda pendaki lainnya di kegelapan malam dan rimbunnya hutan.  Mereka mengajak kami mampir, karena kecapean akhirnya kami terima. Rombongan lain itu ternyata sekeluarga, berjumlah 6 orang, 2 diantaranya wanita, bahkan diantara mereka ada anak-anak yang usianya kira-kira 5 tahun. Mereka menawarkan gorengan dan kue, ada yg ulang tahun rupanya. Setelah berbincang beberapa lama akhirnya kami tau mereka berasal dari payakumbuh. Dari mereka kami belajar menghidupkan kompor gas otomatis, ternyata kami salah memosisikan tabung gas. Tak lama kemudian rintik-rintik hujan turun, mereka pamit mau ke dalam tenda. Sebelum itu mereka menawarkan kami bantuan mendirikan tenda yang akhirnya kami terima. Hanya gerimis, setelah agak reda kami memasak mie. Sebenarnya ibu tenda sebelah yang memasak mie, kami Cuma menolong menyediakan mie nya. Kami berenam makan mie di dalam tenda, saat itu hanya ada satu piring dan satu sendok yang itupun kami pinjam dari tenda sebelah, alhasil kami bergantian menyendok mie hangat tersebut. Liam mengabadikan momen ini dengan handycam nya. Malam itu penuh tawa dan kegembiraan dengan aksi konyol kami saat berebutan mie.

Pukul 2 dini hari..

Setelah berpamitan kepada rombongan payakumbuh yang juga mulai bersiap-siap kami berangkat. Gue berjalan paling depan, padahal gue sama sekali ga tau jalurnya. Gue hanya mengikuti jalur yang sudah ada plus jejak-jejak yang ditinggalkan pendaki sebelumnya. Alfi ga mau di depan karena dia takut akan jalan terlalu cepat. Ketika gue kebingungan dia baru menunjukkan  jalannya.  Kami lebih banyak diam, tapi tetap saling mengingatkan ketika ada pohon besar yang menghalangi jalan atau ada jurang disebelahmu.

Jalan semakin sukar, kami jadi lebih banyak memanjat. Kami harus ekstra hati-hati memilih jalan. Alfi sekarang didepan. Dia  mengambil kendali sepenuhnya. Halim dan Liam berganti-ganti meminta istirahat, mereka terlihat kecapean. Gue bersyukur masih sanggup berjalan, ternyata gue gak terlalu lemah. Tapi hal ini berubah saat pendakian gue kedua nantinya, saat itu gue bisa dibilang yang paling cemen. Masalah kami tak hanya itu, pencahayaan kami berkurang, senter Doni mulai meredup. Gue terpaksa ngeluarin senter hape. Sekarang hanya ada 3 senter, senter Doni, senter keling dan senter hape gue. Senter itu kami kasih ke yang paling depan, tengah dan belakang agar cahayanya merata. Berkali-kali Halim di yang paling belakang meminta cahaya. Pelajaran kedua gue di alam, setiap anggota harus punya SENTER!

Gue melihat ke langit berharap ada bintang, ternyata hanya awan tebal yang gue lihat. Disela-sela rimbunnya pepohonan gue masih bisa melihat cahaya lampu kota. Gue membayangkan orang-orang lagi terlelap tidur dibalik selimut di rumahnya yg nyaman, sementara kami disini harus berjuang melawan cape dan dingin. Pikiran itu gue tepis, gue harus berjuang.

Semakin lama berjalan struktur tanahnya semakin berbeda, mulai banyak bebatuan. Alfi bilang sebentar lagi sampai.
“lihat, pepohonannya semakin rendah, lihat juga keatas, kita udah hampir sampai” kata alfi.
Beberapa waktu berlalu dan kami tetap juga belum sampai. Si Liam semakin banyak meminta istirahat. Gue sendiri juga udah cape. Tenggorokan gue udah kering. Kami duduk sebentar di pepohonan yang tumbang dan bergantian meminum air. Alfi menolak minum air. Anehnya semakin banyak gue minum semakin kehausan gue. Ingus gue juga mulai mengalir, saat itu gue sebenarnya lagi demam. Perjalanan kembali dilanjutkan, Alfi terus memberi kami harapan, walau keliatannya masih jauh.

Pukul setengah 5..

Sayup-sayup gue dengar suara mengaji dari speaker mushalla atau mungkin mesjid dibawah sana. Gue terhenyak, tak menyangka suara mengaji itu sampai ke ketinggian ini. kuasa ALLAH itu memang meliputi langit dan bumi.
Tiba-tiba Liam berteriak kakinya kram, Liam benar-benar lelah, ini seperti adegan Ian di 5cm. Liam meminta kami meninggalkannya disana dan melanjutkan perjalanan tanpa dia. Dia tidak mau menjadi beban bagi kami. Tentu saja kami tak mungkin melakukannya. Kami duduk sebentar sembari memberi semangat Liam. Alfi yg sudah jauh di depan kembali lagi ke tempat kami dan mengatakan kita sudah sampai di pintu angin. 10 menit dari palang pintu angin adalah cadas dan setelah cadas puncak. Kami menguatkan diri untuk berjalan beberapa saat lagi sembari mencari tempat yg bagus untuk mendirikan tenda. Setelah menemukan tempat yg dirasa cocok, kami mendirikan tenda, hujan mulai mengguyur walaupun tidak lebat tapi cukup membuat kami kebasahan.

Pukul setengah 6..

Kami kedinginan. Hilang sudah harapan kami untuk sampai tepat waktu di puncak agar bisa melihat sunrise. Kami memutuskan untuk tidur dulu barang sebentar. Karena jumlah kami berenam sementara kapasitas tenda hanya berempat, kami saling menyandarkan kepala di tengah dan kaki ke sisi tenda. Posisi yang sangat tidak nyaman. Sayangnya kami memilih tempat yang salah, hujan masuk ke dalam tenda, kami tidur diatas air. Tapi karena kecapean kami tak peduli. Gue sendiri ga bisa tidur, hanya sempat setengah sadar, sayup-sayup gue dengar suara langkah kaki orang diluar, pendaki lain ternyata, mereka memuji kami yang sanggup tidur diatas air. Pelajaran ketiga, bawa MATRAS karena tanahnya sangat dingin, apalagi kalau hujan! 
07.30..
Hujan mulai reda, dengan malas kami keluar dari tenda. Kami susah payah membangunkan Halim. Di luar masih sangat dingin, cuaca berkabut. kami mulai bersemangat lagi. Perjalanan kami lanjutkan menuju cadas. Kali ini beban kami lebih ringan, kami hanya membawa makanan dan minuman menuju puncak. Peralatan lainnya kami tinggalkan di tenda. Kurang dari 10 menit kami sampai di cadas.

Kali ini tidak ada lagi pepohonan menjulang tinggi. Hanya ada bebatuan kecil. Kami melihat ke bawah, sayangnya berkabut. Pemandangan di kaki gunung tidak kelihatan. Tapi tetap saja indah menurut kami yang baru pertama kali mendaki. Kami memanfaatkan kesempatan ini untuk berfoto-foto. Doni mengeluarkan secarik kertas yang telah disiapkannya semenjak dari rumah. Di kertas itu terpampang tulisan, “semangat ya belajarnya intan sayang”. Dia meminta gue untuk memfotonya. Gue sendiri juga ngeluarin kertas dan minta di fotoin, isinya salam buat teman-teman. Halim ngeluarin kertas ucapan selamat ulang tahun buat Dessi, anak psikologi. Sementara gue, Halim, Liam dan Doni asyik berfoto, Keling dan Alfi terus berjalan menuju puncak.

Setelah asyik berfoto, kami berempat baru tersadar kalau alfi dan keling telah jauh meninggalkan kami. Kami segera menyusulnya, tapi mereka sudah tak terlihat lagi. Padahal dari awal mula perjalanan tadi Halim telah mengingatkan untuk tidak berpisah. Harus sama-sama, ga boleh ninggalin teman. Akhirnya kami putuskan berjuang menuju puncak sambil berharap di puncak nanti bertemu mereka.

           Di cadas kita harus berjalan secara zig zag diantara bebatuan. Salah sedikit kami bisa jatuh ke jurang yang ada disisi kami. Terlebih saat itu angin di cadas benar-benar ekstrem. Arah angin berubah tak beraturan, kadang ke atas kadang ke samping. Ini mungkin efek hujan semalam. Kami berada didalam awan. Penglihatan kami berkurang karena Jarak pandang hanya 10 m. Rambut kami pun sampai memutih terkena embun. Kami menggigil kedinginan.

        Setengah jam berjalan dan kami mulai goyah. Alasannya, pertama, Alfi yang merupakan pemandu dan orang yang memberi kami harapan telah pergi. Kedua, kami sendiri tak yakin dengan apa yang ada diujung sana dan harus berapa lama lagi kami akan berjalan. Ketiga, cuaca yang begitu ekstrem membuat kami ragu.
Sampai suatu ketika Halim berkata,
“kayaknya kita harus kembali ke tenda. Kalian lihat sekeliling? Hanya kita yang mendaki di tengah badai seperti ini.”
“tapi kita sudah mendaki sejauh ini. gue yakin sebentar lagi kita sampai” kata gue.
“ini salah Alfi dan keling yang ninggalin kita” kata Liam.
Doni hanya diam.
Gue pun berteriak ke atas, “ALLFIIII...KELIIINNNGGG”
Tak beberapa lama kemudian terdengar jawaban dari atas, teriakan juga “HAANNN..” tapi tidak begitu jelas. Doni melarang gue teriak-teriak di gunung, karena mitosnya kalau teriak di gunung ada aja yg ngejawab, padahal bukan teman kita.
“melihat kondisi cuaca lebih baik kita kembali ke tenda. Setidaknya walaupun kita tidak sampe puncak tapi kita telah punya pengalaman. Mungkin di pendakian selanjutnya kita bisa sampe puncak. Kita tunggu alfi dan keling di tenda aja” Kata Doni.
Akhirnya kami turun dan kembali ke tenda. Rintik-rintik hujan kembali turun. Gue menaruh botol air gue yang telah kosong dibawah cucuran pohon. air mengalir turun masuk kedalam botol. Rasa airnya jauh lebih nikmat. Masalah lain datang, tangan gue “membeku”, efek kedinginan karena ga pake sarung tangan. Doni berinisiatif ngehidupin kompor gas otomatis agar kami tak kedinginan. Dengan susah payah akhirnya api hidup, tapi itu tak cukup membantu. Ingus gue ga berhenti-henti semenjak kemaren malam. Halim memeberikan selimutnya ke gue.
Sambil menunggu kedatangan Keling dan Alfi kami makan mie instan mentah-mentah tanpa dimasak. Hal ini kami lakukan karena tidak punya panci. Kami punya sekaleng sarden, tapi tak punya pembuka kaleng. AHH.. Sial benar kami yang hanya bermodal semangat pergi mendaki. Dalam hati gue berjanji ga mau pergi mendaki lagi kalau peralatannya ga lengkap.

Pukul 09.30..

Alfi dan keling belum juga kembali. Kami mulai tak yakin dengan apa yang kami tunggu. Kami mulai berpikir aneh-aneh. Kami mulai berpikiran kalau alfi dan keling telah turun duluan, atau mereka sebenarnya tidak pernah sampai ke puncak, atau bisa saja mereka terjatuh ke jurang yang kami lewati tadi. Pikiran itu kami tepis jauh-jauh, kami berharap mereka baik-baik saja.
“beginilah jadinya kalau terpisah. Udah gue bilang sejak awal kita harus sama-sama.” Kata Halim.
“gue takutnya mereka kenapa-kenapa” kata Doni.
“semoga aja enggak” kata Liam.
“kita tunggu sampai jam 11 kalau mereka belum datang juga kita turun duluan. Kita tinggalin aja pesan. Biar mereka nyusul nantinya. Perbekalan kita udah menipis, dan gue mesti ke padang sore ini” kata Halim.
capeklah turun alfi, keling. Dingin bana aa..(cepetan turun alfi keling, dingin banget)” kata gue.
Kami berharap mereka bisa turun secepatnya karena jujur saja kami sudah tak betah lagi menunggu. Kami sudah sangat kedinginan dan tak tau harus berbuat apa. Tapi disatu sisi kami juga tak mau meninggalkan mereka.
Selama menunggu gue mulai berpikiran macam-macam, gue mulai membayangkan makanan dan minuman yang selama ini gue anggap biasa aja tiba-tiba jadi wah. Gue pengen beli semuanya, gue pengen beli apel, pir, jeruk, ayam goreng, dendeng, miso, soto, minuman bersoda, kue-kue, roti, jus, kopi dan teh. Setibanya dibawah gue pengen habisin uang jajan bulanan gue buat beli itu semua. Ahh.. mungkin babang sudah lelah.

Pukul 11.00..

“kita harus turun sekarang, mereka ninggalin kita jadi ga ada salahnya kita juga ninggalin mereka. Kita udah nunggu mereka 2 jam lebih. Kita nunggu mereka di pos 1 aja.” ujar Halim.
Kami bertiga hanya diam. Jujur, kami masih mengharapkan mereka akan datang sekarang juga. Gue terus melihat ke atas, ke arah jalur dan berharap dari tikungan akan keluar alfi dan keling. Tapi itu tak terjadi.
Tanpa suara kami mulai berkemas. Kami mulai melipat tenda dan embersihkan sampah. Kami juga membawakan tas alfi dan keling. Setelah semuanya beres, kami segera turun. Pada setiap pendaki yang menuju puncak kami temui kami berpesan jika nanti dipuncak mereka bertemu dengan teman kami yang ciri-cirinya yang satu berkumis lebat, yang satu lagi gelap (you kknow what i mean) bilang kalau kami menunggu mereka di pos 1.
Jalur pendakian tampak berbeda dibandingkan malam hari. Ternyata malam hari kami sempat lewat selokan air. Tak beberapa lama berjalan hujan lebat mengguyur kami, sekarang gue kedinginan karena baju gue basah. Halim dan Doni bejalan didepan. Gue dan Liam tetinggal di belakang. Gue segera mengejar Doni dan Halim untuk mengingatkan mereka supaya tidak ada lagi diantara kami yang terpisah. Semenjak hujan lebat mengguyur jalur jadi sangat licin. Beberapa kali kami berempat tergelincir.  Jari hali bahkan sampai terluka. Pakaian kami berlepotan lumpur. Kami harus ekstra hati-hati agar tidak tergelincir menuju jurang.

 Kami terus berjalan melewati akar pohon yang keliatan sama berulang kali. Suatu saat kami berhenti dan duduk di akar pohon yang sangat besar. Karena kelaparan kami memakan energen rasa jahe tanpa air, langsung dari sachetnya. Hanya itu yang kami punya. Halim menanyakan berapa lama lagi kami akan sampai. Gue menjawab sebentar lagi, padahal gue lagi php-in dia biar kuat.

Dengan sisa-sisa tenaga yang ada kami melanjutkan perjalanan, sekitar setengah jam kemudian gue mendengar aliran sungai, ini pertanda kami udah dekat. Kami semakin bersemagat. Tak lama kemudian kami menemukan pos dua, sebuah pondok kosong tanpa dinding. Kami kembali berisitirahat disini.

 Gue penasaran seperti apa alfi dan keling melewati semua ini tanpa perlengkapan. Saat gue memikirkan hal tersebut, hal yang tak terduga terjadi, alfi dan keling muncul. Alfi menjinjing sandalnya yang putus. Kami menyambut mereka dengan gembira. Mereka mengatakan kalau telah sampai puncak, tapi hanya sampai ke “lapangan bola” tidak sampai ke puncak merpati karena ada badai disana. Mereka juga tidak sempat ke taman edelweis. Mereka menumpang di tenda pendaki lainnya. Disana mereka disuguhkan sup ayam. Gue tanya ke mereka apa mereka mendengar suarea gue yang teriak? Mereka jawab iya, bahkan mereka juga membalasnya. Ternyata suara yg gue dengar itu memang suara mereka.
Hujan telah reda. Kami berenam melanjutkan perjalanan, jalanan tetap licin tapi si keling sangat lincah dalam berjalan. Tak jauh dari situ kami menemukan jembatan bambu tempat tadi malam kami menyeberang.

16.00..

Kami sampai di pos satu, kami segera duduk dan meluruskan kaki. Selanjutnya kami membersihkan kaki dan pakaian di wc umum. Setelah agak kuat, kami segera turun ke pos pendaftaran.

16.30..
Inilah akhir perjalanan kami. Setelah melapor ke pos pendaftaran bahwa kami berenam telah kembali dengan selamat kami bergegas menuju tempat parkir. Tak lupa kami berdoa mengucap syukur atas perjalanan ini. banyak teman-teman yg kecewa dengan perjalanan ini tapi jujur aja gue sama sekali ga ngerasa kecewa. Banyak pengalaman yg gue dapetin di perjalanan ini. kami segera menuju kos gue. Sesampai di kos gue dan alfi jalan ngangkang kayak habis sunat karena saking capeknya. Gue segera membeli nasi bungkus sambal ayam porsi double. Teman-teman yang lain beli sate. Setelah itu selama tiga hari kedepan gue lebih banyak tidur. Dalam hati gue bilang ga mau mendaki lagi. Tapi seminggu kemudian gue niat gue muncul lagi untuk mendaki.

Yupp.. itu dia kisah pendakian perdana gue ke marapi. Setelah ini rencananya gue bakalan nulis pendakian kedua gue bareng teman SMA yang menurut gue jauh lebih seru karena kami sampai ke puncak merpati dan taman edelweis.  Silahkan tinggalkan komentar teman-teman dibawah, mau nanya-nanya atau berbagi pengalaman serunya juga boleh.
Wassalam..

Jumat, 12 Desember 2014

AILUROPHILE

Setelah agak lama vacum nulis akhirnya gue bisa muncul lagi. Alasan kevacuman gue karena bisa dibilang ini adalah minggu-minggu yang berat bagi gue karena disibukkan dengan tugas-tugas akhir dan UAS. Gue juga lagi baca buku The Return of Sherlock Holmes. Disini ada yang juga suka baca Sherlock Holmes? kalau sama mungkin kita jodoh. Sebenarnya udah banyak yang minta gue nulis lagi, kalau diitung-itung adaa... tiga orang, pertama nenek gue, yang minta porsi cerita tentang dia ditambah. yang kedua, bencong yg gak senagaja gue tabrak dipasar, trus dia teriak ke gue," ihh gantengg... tangannya genit deh maen pegang-pegang aja, mending digunain buat nulis deh". gue juga gak tau kenapa tiba-tiba ada bencong yang nyuruh gue nulis. yang ketiga adalah kucing di kos gue yang tiduran di laptop, mungkin itu pertanda nyuruh nulis.

Selain satu orang manusia, satu ekor hewan dan satu makhluk antah berantah tadi ada juga beberapa teman yang nyuruh nulis, baik alumni SMA atau pun teman kuliah. Tadi sore di kampus ada cewek yang bahas tulisan gue, makanya gue putusin buat nulis malam ini. Rencanany gue bakalan update tulisan setiap hari jum'at, sabtu atau minggu, khusunya malam minggu, buat menemani jomblo-jomblo kesepian. Jadi pantengin blog gue di hari-hari yang gue sebutin tadi.

Baiklah, malam ini kita akan bahas mengenai hewan peliharaan yang paling gue suka, sekaligus sahabat gue, yaitu "KUCING". gue sangat sayang sama kucing, hingga teman SMA gue menjuluki gue dengan istilah AILUROPHILE, yang artinya pecinta kucing. Cinta kucing disini maksudnya bukan gue cinta sama kucing seperti gue cinta sama cewek. Bukan! gue masih normal. Maksud cinta disini gue sayang aja sama kucing.

Kucing pertama gue datang ke rumah sekitar tahun 2002 kalau gak salah, usia gue 7 tahun. Kucing betina yang cantik dengan bulu orange dan putih yang memesona. Induknya memiliki bulu agak gelap dengan diselingi warna abu-abu. Mungkin warna orange anaknya didapat dari bapaknya. waktu itu kucing betina ini masih kecil, dan induknya menghilang entah kemana. Suatu ketika, kucing betina ini, masuk ke rumah gue buat nyari makanan. Dan gue berniat untuk memelihara anak kucing ini. Sayangnya kucing ini masih liar banget, ketika gue mendekat dia malah menjauh, ibaratnya lu lagi ngejar gebetan, ternyata gebetan itu menjauh dari lu.#nyesek.  jadi gue bertekad untuk menjinakkannya.

Caranya, ketika kucing itu masuk ke rumah, gue sembunyi dan berusaha supaya kucing itu gak ketakutan hingga lari. gue liatin aja dia dari jauh, dan ketika dia menuju lantai 2, gue tutup satu-satunya akses ke lantai dua dengan triplek, sehingga dia enggak bisa keluar. waktu itu lantai dua rumah gue belum diisi apa-apa, masih dibiarin aja. Gue kurung tu kucing seharian penuh di lantai 2 dengan harapan dia bakalan betah di rumah gue. Gue gak mikirin dengan apa si kucing bakalan makan hari itu. Keesokan harinya penutup tadi gue buka,dan tiba-tiba saja si kucing langsung lari terbirit-birit keluar.

Cara kedua gue dapat dari film Tom Jerry, si Tom mancing jerry dengan ngasih remah-remah keju sepanjang jalan hingga menuju perangkap. Cara ini gue cobain ke kucing, gue maling ikan bakar nenek gue dan gue tebarin dari luar hingga menuju rumah. Trik ini cukup berhasil, kucing betina tadi memakan remah ikan tadi dan masuk ke dalam rumah. di ujung remah gue udah nunggu dia, sialnya dia ngeliat gue dan langsung lari.

Cara ini gue coba berkali-kali, gue tetap ngasih makan dia walaupun dia menjauh ketika gue dekati. gue tetap sayang dia walaupun dia enggak menganggap gue. duh.. kok malah jadi galau gini. Akhirnya suatu ketika ketika gue lagi duduk-duduk, dia datang ke samping gue. gue elus bulunya, dan dia gak lari. yah, akhirnya gue berhasil. Adek perempuan gue ngasih kucing betina itu nama kitty. gue gak tau motivasi apa yang membuat adek perempuan gue ngasih nama itu, mungkin dia terinspirasi dari hello kitty.

Nenek gue gak terlalu suka kucing karena katanya bulu kucing bisa buat sakit, walaupun artikel terbaru yang gue baca itu hanya mitos. Alasan kedua katanya kalau kucing betina kerjaannya melahirkan aja. Tapi karena di rumah lagi banyak tikus, akhirnya nenek gue ngebolehin.

Alasan gue suka kucing adalah karena ketika gue sedih dan gue ngelus kucing, maka kesedihan itu akan hilang, kehangatan bulu kucing itu buat gue nyaman. kucing itu seakan-akan memahami perasaan pemiliknya. Seandainya di dunia ini hanya tinggal satu orang manusia dan satu ekor kucing, maka gue akan milih kucing buat jadi sahabat gue. Tapi jika manusia itu cewek, maka gue akan milih cewek.

Hari demi hari berlalu, kitty makin dewasa, kami makin dekat, gue sering ngelus-ngelus bulunya yang halus. Kelemahan kucing adalah bagian lehernya. Dia akan kesenangan jika bagian itu di elus. kami juga sering tidur bersama. Hingga kucing itu hamil. Bukan oleh gue, tapi oleh kucing tetangga. Lama kelamaan perutnya membesar dan melahirkan di lemari pakaian gue --". Dia melahirkan 4 ekor anak kucing yg imut-imut. Setelah lahiran yang pertama secara berturut-turut dalam waktu beberapa tahun kucing gue terus melahirkan, hingga bapaknya tidak lagi gue ketahui. Oleh nenek gue, anak-anaknya dibagi-bagikan ke tetangga karena saking banyaknya dan tidak terawat. Hanya satu yg bertahan di rumah dan setelah besar dia pergi merantau.

Tahun 2009, dan kitty sudah tua. Dia tidak selincah dulu lagi. Kalau dulu kami sering main laser-laseran yang gue pantulin ke lantai dan tembok hingga kitty mengejarnya, juga bermain bola gulung, tapi kini kitty lebih banyak diam. Gue ingat juga adek cowok gue yang paling kecil sering mencekik leher kitty karena saking gemasnya. Tapi sekarang adek gue udah mulai mengelus-ngelusnya. Waktu berjalan cepat tak terasa telah 7 tahun. Dan suatu siang gue nemuin kitty terbujur kaku di halaman rumah. Ingatan gue kembali saat gue pertama kali mengelus bulunya. Semua yang telah kami lewati selama ini harus menemui akhir. Kitty telah pergi. 

Gue lalu menguburnya dan memberikan penghormatan terakhir. Gue harap Tuhan juga nyediain surga buat kucing. Gue ngebayangin di surga kucing, kitty dilayani bidadari berupa kucing betina cantik bersayap yang ngebawain kitty ikan salmon dan susu. Dan semoga kitty gak masuk neraka, karena dalam bayangin gue neraka kucing bakalan dijaga sama anjing bulldog. Pasti kitty bakalan ketakutan. Menurut gue neraka kucing gak perlu pake api, cukup pake kolam air aja, karena pada dasarnya kucing takut air.

Semenjak kematian kitty gue gak ada melihara kucing lagi sampai suatu ketika ada kucing jantan yang datang ke rumah gue pada bulan september. kucingnya penurut, pipisnya aja di wc. Namun kucing ini sangat pendiam. Gue manggil dia Conan karena suka Detektif Conan dan adek gue manggil dia Neko yang dalam bahasa indonesia artinya kucing. Gue jarang bermain bersamanya karena gue kuliah di Bukittinggi dan jarang pulang. Tapi hari sabtu kemaren gue pulang dan gue lihat conan lain dari biasanya, lebih pendiam. Mungkin dia sakit pikir gue. Gue tatap matanya yang indah, namun dia mengalihkannya ke arah lain gak mau gue tatap. Dan saat itu feeling gue mengatakan kalau kucing ini gak bakalan lama lagi. Dan ternyata benar, hari senin kemaren gue di sms adek gue kalau conan mati. Gue belum sempat ngeliatnya.

Di kos gue juga ada kucing, tapi gak mau nurut. kerjaannya minta makanan terus ke gue tapi giliran gue elus gak mau. Gue sedang berusaha menjinakannya. Semoga aja berhasil.

Mungkin itu pengalaman yang bisa gue bagi tentang kucing, sekian dulu. wassalam..

Senin, 01 Desember 2014

Tentang Tulisan Gue

Assalamu'alaikum, selamat malam guys.

Alhamdulillah bisa nulis lagi dan kembali hadir buat kalian. Kenapa gue suka nulis? karena dengan nulis apa yang gak bisa gue ucapin bisa gue sampaikan disini. terkadang kalau kita bicara, orang gak paham apa yang kita maksud atau pemikiran kita beda, atau informasinya kurang lengkap. Dengan nulis gue bisa ngungkapin semua yang terlintas di pikiran gue dan terbersit di hati gue. Daripada disimpan di hati aja jadi penyakit, mending dijadiin tulisan.

Sayangnya, ketika gue udah mulai nulis, sangat sulit untuk menghentikannya. Ide-ide bakalan banyak bermunculan di kepala gue, mungkin pembaca bisa liat, tulisan-tulisan gue lumayan panjang, itupun gue udah berusaha buat mempersingkatnya. Gue takutnya jika tulisan gue terlalu panjang, pembaca akan bosan buat ngebacanya dan malah jadi boring. 

Tapi di sisi lain, ketika gue berusaha mempersingkat tulisan gue, ide-ide yang udah banyak bermunculan tadi malah gak semuanya bisa tersampaikan. Terkadang ada ide yang menarik untuk diceritakan tapi karena di persingkat, malah hilang dan gak muncul di tulisan. Mungkin solusinya nanti gue bakalan coba bikin tulisan gue jadi 2 part jika terlalu panjang.

Mengenai tema tulisan, awalnya gue niat bikin blog ini karena gue terinspirasi dari blog Raditya Dika. Disana dia cerita tentang kehidupannya dengan cara yang lucu. Gue juga tertarik untuk ceritain kisah hidup gue karena banyak hal-hal gokil yang menurut gue bagus untuk diceritain.

 Alasan kedua karena akhir-akhir ini blog nya "Kaesang", anak presiden RI, tiba-tiba bersinar. Awalnya gue tau blog Kaesang dari baca berita di salah satu portal. komentar yang bermunculan di postingan itu katanya blog si Kaesang itu lucu banget,gokil banget, kreatif banget, tulisannya bisa nyamain Raditya Dika, gak kalah sama penulis professional dan berbagai komentar positif lainnya. Kemudian gue telusuri sendiri blog nya si Kaesang ini, dan setelah gue baca, ternyataaa..... sangat jauh dari komentar-komentar tadi. Blog nya biasa aja, gak lucu (semoga aja gue gak ditangkap Densus 88). ya, itu menurut pendapat gue sih. Akhirnya gue merasa tertantang untuk buat blog yang menarik.

 Mungkin pengunjung sadar bahwa tulisan gue ini gak ada manfaatnya buat kehidupan. Haha.. Gue pun niatnya cuma pengen cerita-cerita aja, bagi-bagi kisah hidup gue. Namun pada suatu ketika ada yang nyaranin buat sesekali bikin cerita yang menggugah gitu. misalnya cerita motivasi, atau sejenis itu. Gue mulai berpikir benar juga ya. Dan akhirnya gue putusin mungkin nanti gue akan bahas tema yang lain selain cerita hidup gue. Gue tertarik sama sejarah, mungkin nanti gue juga akan bahas sejarah. Sebelumnya gue juga udah pernah bikin beberapa buah cerpen yang 2 diantaranya gue posting disini. Cerpen-cerpen yang lain akan segera menyusul.

 Gue itu pengen nulis cerita yang benar-benar bisa menghibur pembaca. Makanya gue berusaha nulis sebaik mungkin. Saking seriusnya, ketika mendadak sebuah ide muncul, seharian gue bakalan bikin konsep ceritanya, kuliah pun gak konsen, lagi boker pun gue berusaha nyusun bahan cerita. Tetapi gak semua tulisan yang gue konsepin terlebih dahulu, lebih sering ide itu muncul ketika gue nulis langsung di blog. Seperti sekarang ini, yang awalnya gak tau mau ngomong apa, tiba-tiba aja udah jadi suatu cerita. Intinya ada ide, langsung ketik, ada ide lagi, ketik lagi, hingga membentuk suatu kesatuan.

Yup, gue gak tau mau ngomong apa lagi, mungkin gue cukupin segini dulu. gue akan terus berkarya, menuangkan pemikiran gue dan menghibur pengunjung. Gue harap, ada pelajaran yang bisa diambil dari kisah gue. Karena gue percaya, "Tulisan bisa mengubah Dunia". Mungkin tulisan gue masih banyak kekurangan, tapi semoga aja seiring berjalannya waktu, tulisan gue makin baik. Aamiin... Wassalam.



Sabtu, 29 November 2014

Jatuh 6 kali, Bangkit 7 kali.

Assalamu'alaikum..

Selamat "Sabtu malam" guys, sudah sholat minta hujan berapa kali malam ini?

     Yupp, Sabtu malam ini gue hadir buat nemenin sabtu malam kalian yang suram. haha.. enggak, becanda doang. Jadi gini ya mblo, kemaren malam gue cerita-cerita sama presiden BEM UNP taun kemaren, Bang Adnan, pada suatu topik tiba-tiba-tiba dia bilang gini,

   "Di dunia ini ada 2 Tipe manusia, Yang satu jomblo dan yang satu lagi enggak jomblo. Dan jomblo itupun terbagi 2, ada jomblo karena nasib dan ada yang jomblo karena prinsip. Jomblo karena nasib berarti emang dianya yang gak laku, tapi jomblo karena prinsip berarti dia nya yg gak mau pacaran walaupun banyak yang suka sama dia. Jadi, kalau ada yang nanya ke "jomblo prinsip" kenapa gak punya pacar? jawabnya adalah karena pasar kita berbeda. yang satu pasar tradisional, yang satu pasar swalayan. bukan..bukan itu maksudnya. maksud beda pasar adalah mungkin yang punya pacar ini mau dengan siapa saja dan mau nerima siapa saja, tapi yang jomblo prinsip cuma mau nerima yang berkelas." gitu katanya panjang lebar.
     
      Jadi berbahagialah kalian yang jomblo karena prinsip. Habis baca ini pasti banyak jomblo yang hidungnya kembang kempis.

      Okay, kita lupakan tentang jomblo, mau jomblo prinsip, mau jomblo nasib, yang jelas tetap aja sama-sama gak punya pacar. Malam ini gue gak akan bahas tentang jomblo, ditemanin teh tarik dari Muaro Paneh dan lagu MOTHER by SEAMO (coba cari deh, asyik lagunya) gue mau cerita mengenai kisah perjuangan gue hingga kuliah di tempat sekarang ini, Psychology "Padang State University" (sengaja pake bahasa Inggris biar kesannya keren).
       
       Sebelumnya gue mau ngucapin terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua orang yang udah nyempetin diri buat mampir di blog gue yang kumuh ini, tulisan ini gak bakalan ada tanpa kalian, komentar-komentar yang kalian berikan via BBM, Line, atau langsung di blog gue ini membuat gue semakin semangat buat nulis, terima kasih buat saran dan masukannya, mohon maaf jika ada kesalahan, saya akhiri dengan wassalamu'alaikum... Malah pidato, Maaf, maaf, jadi ngaco, padahal gue niatnya serius malam ini, emang otak udah sedeng susah diajak serius. oke, gue lanjutin yang tadi, mohon maaf jika ada kata-kata gue yang gak pantas dan semua tulisan ini gue dedikasikan buat kalian pembaca yang sangat-sangat saya sayangi, kayak kamuu... iyaa, kamuuu.. #ala Dodit. #peluk jauh.

      Kembali ke topik, buat yang udah kuliah, berapa kali kalian mencoba test hingga bisa duduk di bangku perkuliahan seperti sekarang ini? 2 kali, 3 kali? Gue belum berhasil sebanyak 6 kali dan percobaan yang ke-7 dan ke-8 akhirnya lulus juga. sengaja gue gak pake kata "Gagal 6 kali". kenapa? karena gagal itu sebenarnya gak ada. Ingat kata Thomas Alfa Edison ketika ditanya mengenai 1447 kegagalannya menemukan bola lampu. Apa jawaban Edison waktu itu? "Saya tidak gagal. saya hanya menemukan 1447 cara yang membuat bola lampu tidak bekerja dan pada percobaan 1448 saya menemukan cara yang membuat bola lampu bekerja." Jadi sebenarnya gagal itu gak ada, kita disebut gagal ketika tidak mau mencoba lagi.

     Gue tamat tahun ini, 2014. Dari SMA gue pengen kuliah di Teknik Geologi UNDIP. Kenapa? karena menurut gue lulusan Tek.Geologi masih sedikit di Indonesia dan kayaknya menarik aja untuk mempelajari Geologi. Kenapa UNDIP? karena UNDIP di semarang dan gue pengen ke klenteng Laksamana Cheng Ho. Gue jurusan IPA dan pelajaran yang paling gue suka adalah SEJARAH. Alasannya, dengan membaca sejarah, gue ngerasa bisa ngelintasin waktu ke zaman yang berbeda dan berpetualang di kisah-kisah yang berbeda. (Bentar, di luar hujan, selamat mblo, doa lo terkabul).

     Oke next, sekarang ada istilah SNMPTN, sejenis seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur Undangan. Cukup dengan melihat nilai rapor dan sertifikat, kalau lolos kriteria yang diinginkan Perguruan Tinggi maka lo bisa masuk tanpa test. pilihannya 3 universitas, 2 di luar provinsi, satu wajib di dalam provinsi. Jadi waktu itu gue pilih Tek.Geologi UNDIP, Tek.Lingkungan UNDIP dan Tek.Lingkungan UNAND (karena gue berdomisili di SUMBAR). 

     UN bisa kami lewati dengan lancar, walaupun gue nangis pas ujian Matematika. Semua orang harap-harap cemas menunggu pengumuman, karena ini langkah pertama mereka menuju tempat impian. Terlebih sekolah gue emang terkenal banyak yang lulus SNMPTN, tahun sebelumnya ada 140 orang yang lulus undangan. semua orang mendadak alim, banyak yang Sholat Dhuha, puasa senin kamis, ngaji-ngaji, ada yang minjamin PS juga, banyak cowok-cowok yang nawarin cewek-cewek pulang bareng, gak tau nya modus.

     Sebelum itu gue juga ikut test AMG (Akademi Meteorolgi dan Geofisika) di Pekanbaru dan Alhamdulillah lulus test tahap satu, Saat-saat yang ditunggu tiba, pengumuman SNMPTN keluar. Hasilnya? kebelum berhasilan gue yang pertama. SMA gue meluluskan 99 orang SNMPTN (kalau gue gak salah). Banyak hasil yang tak terduga waktu itu, temen gue yang biasa-biasa aja bisa lulus di tempat yang dia inginkan, universitas dan jurusan yang bisa dibilang favorit juga. Temen gue yang bisa dibilang hebat, malah belum berhasil ketika itu. Awalnya gue down, tapi gue percaya rencana ALLAH jauh lebih baik. Gue gak mau berburuk sangka ke ALLAH. Oke fix, SNMPTN belum berhasil. Saatnya gue Move On dan mikirin SBMPTN (ujian tulis).

     Untuk menghadapi SBMPTN gue bimbel selama satu bulan di Padang. Di Padang gue tinggal bareng teman gue, Rezki, di beberapa rumah. pindah dari satu rumah ke rumah lainnya. panjang ceritanya. Ketika bimbel gue pergi ke Pekanbaru untuk ikut test AMG tahap 2. Dan akhirnya pada tanggal 17 Juni 2014, SBMPTN diselenggarakan. Pilihan gue yaitu Tek.Geologi UNDIP, Tek.Kimia UNRI, Tek.Lingkungan UNAND. Menunggu hasil SBMPTN keluar, hasil test AMG lebih dulu keluar. hasilnya? kebelum berhasilan yang kedua. 

    22 Juni 2014, gue coba ikut test SIMAK UI. gue ambil jurusan Tek.Metalurgi dan mineral, Tek.lingkungan, Geografi, dan ilmu kesehatan. Hasilnya?? yup, benar. kebelumberhasilan yang ketiga. Tanggal 25 Juni, gue coba lagi ikut test STTD (sekolah tinggi transportasi Darat) dan pada tanggal 29 Juni bertepatan dengan 1 Ramadhan gue ikut test STAN. hasilnya? lulus test STTD tahap 1 dan gagal STAN.
    
     Pengumuman SBMPTN tanggal 16 Juli, kurang lebih 2 minggu sebelum lebaran Idul fitri 1435 H. Sebelumnya gue udah janji ke diri gue sendiri kalau gak lulus SBMPTN gue gaka bakalan mau pergi lebaran. Gue bakalan mengurung diri aja di kamar. Gue malas menanggapi pertanyaan orang-orang, "kuliah dimana reyhan?", sakitmya tuh disini. #nunjuk hati.

     Akhirnya pengumuman SBMPTN keluar dan ternyata gue masih belum berhasil untuk yang ke-5 kalinya. Gue udah berniat menjalankan rencana gue sejak awal. Namun ternyata ortu gue lebih pandai berdiplomasi dan akhirnya hati gue luluh juga sehingga mau pergi lebaran ke rumah keluarga. Dan seperti yang diduga, pertanyaan itu datang bertubi-tubi,"kuliah dimana reyhan?" pengen rasanya gue amnesia aja dan jawab, "siapa saya?, taun berapa sekarang?, kenapa di kamar gue ada poster Aliando?" atau gue bikin di karton tulisan,"GUE GAK LULUS SBMPTN, JANGAN TANYA-TANYA LAGI!" biar semua orang tau.  

     selama jeda itu gue mulai berpikir apa yang salah dengan diri gue? kalau ibadah udah gue laksanakan dari ibadah wajib hingga sunnah udah gue lakuin. kenapa masih belum lulus juga? mungkin niat gue yang masih kurang tulus dan ikhlas, akhirnya gue pasrahin diri gue ke ALLAH, gue gak harap lulus lagi, gue bakalan terima apa yang ALLAH berikan. Bahkan gue udah rencanain jika gue masih gagal tahun ini, maka gue akan pergi ke Mentawai buat nyebarin agama Islam. tahun depannya ujian lagi.

     Harapan gue tinggal STTD. disaat gue hampir menyerah, ada teman yang nyaranin supaya ikut ujian mandiri UNP sama ujian mandiri UBM-PT. oke gue ikut itu, di UNP gue ambil tek.pertambangan, Akuntansi dan psychology. gue daftar di UNP tanggal 23 Juli. di UBM-PT gue ambil sastra sejarah UNDIP. kalau UNP cuma liat nilai rapor maka UBM-PT gue harus ujian tulis. padahal gue belum pernah belajar buat test Jurusan IPS sebelumnya. Tapi gue nekat aja ambil ujian IPS di UBM-PT.
     
     8 Agustus, untuk ke-6 kalinya gue belum berhasil. STTD gue gak lolos. Padahal harapan ortu gue besar di STTD. berarti tinggal UNP sama UBM-PT. tanggal 8 agustus juga hasil UNP udah bisa diliat. Awalnya gue gak berani liat, karena udah bosan liat tulisan "MAAF, ANDA BELUM DITERIMA". tapi gue paksain juga dan ternyata hasilnya emang belum diterima juga di UNP. gue kecewa lagi, gue liat baik-baik tulisannya, ternyata gue salah masuk web, itu buat yang tahun sebelumnya. gue coba lagi masukin nomor pendaftaran gue buat mahasiswa baru 2014, dan Alhamdulillah lulus di psychology. Senin nya tanggal 11 Agustus, gue coba buka UBM-PT dan lulus sastra sejarah UNDIP. Gue suka sejarah dan gue juga pengen ke UNDIP. tapi karena ortu lebih ngizinin ke UNP, maka gue ambil UNP aja. Gue juga berpikiran sukses kan gak harus di Jawa, yang penting diri kitanya kayak gimana. Dan beginilah sekarang, gue jadi mahasiswa psychology.

HIKMAH YANG BISA KITA AMBIL:
1. jangan menyerah terhadap cita-cita kita, apalagi jika baru belum berhasil sekali. Saya sudah 6 kali belum berhasil dan percobaan yang ke-7 dan ke-8 berhasil.
2. Siapa tau kita selangkah lagi menuju keberhasilan, jika kita menyerah sekarang maka akan sangat merugilah.
3. Apa yang menurut kita baik belum tentu baik menurut ALLAH, apa yang menurut kita buruk belum tentu buruk. Rencana ALLAH jauh lebih baik.
4. Jangan berburuk sangka kepada ALLAH.

5. bisa saja ada orang yang belum berhasil lebih banyak dari kita, hanya saja dia gak ngeluh.
6. setiap kali jatuh maka segera bangkit.
SEKIAN BUAT MALAM INI, WASSALAM.. ^_^

Kamis, 27 November 2014

Detektif Reyhan

      Jreengg.... Jreeengg... gue kembali lagi. Udah cukup lama semenjak "salam kenal" gue gak muncul lagi. yaa maklum, anak kuliah sibuk. Gak juga sih, sebenarnya gue lagi gak tau mau bahas apa, Ditambah gue orangnya suka menunda pekerjaan. Jadi ketika gue kepikiran nulis,
     "oke, nanti pulang kuliah gue nulis",
      (bentar.. sumpah, barusan gue de javu kayak pernah nulis ini sebelumnya #abaikan),
       setelah di kos, "ahh capek, tiduran dulu"
       habis tiduran, "nanti aja, masih ada GGS yang harus gue tonton soalnya tristan lagi dikepung              sama anak buah venosa." kalau di rumah gue gak bakalan bisa nonton jam segini, soalnya remote        bakalan diambil alih sama nenek gue yang hobi banget nonton Manusia Harimau. Beneran,nenek        gue bahkan punya kaset "kumpulan soundtrack manusia harimau"
       habis nonton GGS,"astaga, gue ada tugas. bikin tugas dulu. ingat reyhan, tujuan kamu kesini buat        apa, KULIAH!"
       habis bikin tugas,"udah larut malam, gue harus jaga kesehatan. tidur dulu ahh"
       Dan akhirnya gak jadi nulis.

       Sebenarnya malam ini gue capek banget karena habis latihan basket, tapi keinginan nulis dalam diri gue mengalahkan rasa capek itu. okee.. malam ini kita akan bahas mengenai kisah nyata masa kecil gue yang hobi banget sama detektif. detektif apa yang paling terkenal menurut lo? conan edogawa, sherlock holmes, hercule poirot, cita citata? oke yang terakhir itu bukan detektif. Ketika kecil gue sangat terobsesi menjadi detektif karena pengaruh baca komik detektif conan. Bahkan ketika guru gue nanya cita-cita gue apa, gue dengan bangga bilang,"pengen jadi detektif". Gue mulai baca detektif conan semenjak kelas 3 SD. Dan semenjak saat itu gue terobsesi untuk memecahkan kasus-kasus.

       Lalu akhirnya saat-saat yang ditunggu datang juga, KAOS KAKI KINI ADA EKSTRAKNYA!! #komersial break. Bukan, bukan itu. ada kejadian kehilangan di SD gue. Uang kas kelas gue hilang sewaktu jam istirahat. KASUS PERTAMA! disaat guru gue kasak-kusuk nyuruh ngumpulin tas, gue memulai penyelidikan gue. setelah semua warga kelas ngumpul gue mulai menginterogasi mereka. Di sekolah gue ada aturan, gak boleh berada di dalam kelas selama jam istirahat. untuk itu ditugaskan seorang petugas piket di pintu kelas. jika ada yang ingin masuk kelas harus ngelapor ke piket. Dan maksimal tiga orang yang boleh masuk kelas selama istirahat. Jadi gue tanya piketnya, "siapa aja yang masuk kelas selama jam istirahat?"
kata piket," ada tiga orang"
"wahh persis kayak di komik, biasanya tersangkanya ada 3 orang" pikir gue.
"siapa aja mereka?" tanya gue kemudian.
"rezki, dori dan nova" jawabnya.
 "urutan masuknya?" tanya gue lagi
 "rezki, dori, nova saling bergantian. masuk satu per satu"
   Sementara itu, hasil pemeriksaan tas nihil. tidak ditemukan barang bukti di tas kami. dari wawancara tadi, gue lagsung berpikir cepat. kalau memang pelakunya ada diantara mereka, gak mungkin pelakunya masuk nomor satu atau dua, karena kemungkinan ketika dia masuk, bakalan ada orang yang masuk kelas juga. jadi pelakunya pasti orang yg masuk terakhir. karena gak bakalan ada yg masuk setelahnya, jadi dia aman. walaupun terkesan men-judge, tapi itulah pemikiran gue waktu itu. Gue langsung lapor Bu Guru.
     "Bu, coba periksa si Nova, karena dia yang masuk terakhir"
      Bu Guru manggil nova dan Nova berjalan ke arah guru dengan kaki agak pincang.
       "kenapa kaki kamu?" tanya bu guru.
       "agak sakit bu, terkilir" jawabnya.
       setelah seluruh tubuh Nova diperiksa (hanya tubuh luar) uang tetap tidak ditemukan. hanya ada satu tempat yang belum diperiksa. didalam sepatu. Bu Guru menyuruh Nova membuka sepatunya. Nova terlihat ragu, dia enggan membuka sepatunya. Namun setelah dipaksa akhirnya dia mau membukanya dan ternyata benar. Di dalam kaos kakinya ditemukan uang receh yang banyak dan beberapa lembar uang kertas, makanya jalannya agak pincang. setelah dihitung, jumlahnya persis sama dengan uang kas yang hilang. CASE SOLVED!

       Semenjak kasus pertama itu gue menjadi semakin bersemangat, gue gak sabar nunggu kasus selanjutnya. dan kasus kedua itu pun datang. kali ini uang teman gue hilang RP500,00 . mungkin lo menganggap remeh uang logam 500 perak, tapi pada kenyataannya zaman segitu dengan uang 500 perak lo bisa membeli "kerupuk leak" sebanyak 5 buah (kerupuk leak: sejenis kerupuk yang diolesi kuah sate).
       
      Gue dan 4 orang teman gue memulai penyelidikan sat jam istirahat, namun nihil gak ada hasil. uang tidak ditemukan. saat itu ada teman gue yang bilang,
       "tadi si Luthfi pulang karena sakit"
       "berarti si Luthfi pelakunya, dia lari dengan membawa barang bukti" kata gue langsung.
       "apa yang hawus kita lakukan weyhan?" tanya teman gue yang gak bisa nyebut huruf "R"
       "kita harus pergi ke rumahnya dan mengambil uang itu kembali, ayo berangkat" jawab gue tegas.
       Akhirnya gue dan 4 teman gue kabur dari pekarangan sekolah menuju rumah Luthfi. setibanya di rumah Luthfi,
        "assalamu'alaikum tante" kata gue.
        "wa'alaikumsallam, ada apa?"
         "kami ingin menemui luthfi, tadi dia ngambil uang 500." kata gue ceplas ceplos. maaf, kalau waktu kecil gue agak gila. untung aja si tante gak ngelempar gue dengan sapu yang dipegangnya. setelah itu si tante yang adalah mama luthfi manggil luthfi. luthfi keluar, ketika kami tanya jawab si luthfi bukan dia yang ngambil uang itu tapi si david, karena dia tadi cabut.
          "kalau begitu si david pelakunya" kata gue. kami pun pergi ke rumah david. sesampainya di rumah david, terjadi perselisihan diantara kami berlima.
            "jam istirahat udah habis, ayo pulang" kata salah seorang teman gue.
            "jangan, kasus ini belum kita pecahkan" kata gue menolak.
            "tapi nanti bu guru masuk, kita bisa kena marah" kata yang lain.
            "tapi masalh ini lebih penting, kita harus bersikap professional!" jawab gue.
            "apa itu professional?" tanya yang satu lagi.
            "gak tau, gue baca itu di komik dan kedengarannya keren, makanya gue bilang" kata gue.
             "pokoknya kami ingin ke sekolah, kami gak ingin kena marah.kami pergi dulu ya." kata yang pertama tadi, diikuti oleh 3 orang lainnya. tinggal gue berdua sama teman gue yang gak bisa nyebut "R'. gue tanya, "kenapa lu gak ikutan pergi?"
              "aku gak ingin ninggalin kamu, aku ingin kita melewati ini bewsama. aku ingin menemanimu hingga akhiw. ayo kita cawi pelakunya." kata dia. kemudian kedua mata kami saling bertatapan, dan kami pun saling berpegangan tangan, lalu gue bilang "terima kasih kevin". yup, kevin adalah cowok. sekarang gue ngerasa hina banget mengingat itu. Namun malangnya, setelah tiba di rumah david, david gak ada di rumah. kami pun memutuskan untuk kembali ke sekolah. dengan tergesa-gesa kami berlari menuju kelas. di depan kelas sudah berdiri 3 orang teman kami tadi. ketika melihat kami berdua, bu guru nyuruh kami ikut berdiri di depan juga.
           lalu kata beliau. "luruskan tangan kalian ke depan, buka telapak tangan, balikkan seperti orang meminta" kami berlima menurutinya. dan bu guru ini mengeluarkan senjata pamungkasnya, rol ukuran 100 cm yang besar. dan kemudian "plak..plak..plak...plak..plak..." telapak tangan kami dipukul dengan rol itu. kalau zaman sekarang udah dianggap pelanggaran HAM tu. anak zaman sekarang cemen. dikit-dikit HAM, walaupun sakit tapi gue ketawa cengengesan karena petualangan yang gue dapatkan hari ini. yahh, pada akhirnya uang 500 perak itu tetap menjadi misteri yang belum terpecahkan.

Kamis, 30 Oktober 2014

SALAM KENAL

      Assalamu'alaikum, selamat malam bro dan sis. oke, gue mau kenalan dulu.
ini biodata gw,

nama: reyhan respati oriontama.
TTL: Muaro paneh (solok, sumbar) 02 desember 1995.
Pekerjaan: Mahasiswa Psikologi
hobi: travelling, membaca, nulis (sebenarnya hobi gue banyak, tapi cuma tiga ini yg paling gue minati).
status: ehemm..
cita-cita: selfie dengan presiden.

     ini pertama kalinya gue nulis di blog, jadi maklumin aja kalau tulisannya amburegul (*eh amburadul maksudnya), disamping gue juga malas repot-repot ngerapiinnya. Tunggu yang baca banyak dulu ntar gue benahin blognya. hehe...

     alasan bikin blog ini karenaa... sebenarnya udah lama sih pengen bikin blog, tapi baru sempat sekarang. Gue terinspirasi dari bang Radit manusia paling absurd yang gue ketahui. Di blog ini gue bakal nyeritain kisah hidup gue dengan cara yang ringan dan menarik. Gue juga bakalan ngasih tips-tips. Gue harap lo lo pada suka. Gue  juga pengen buktiin kalau blog orang padang juga bisa terkenal. Selama ini gue lihat Cuma blog orang Jawa aja yang populer. Gue pengen membawa blog ini Go Nasional. Hohoho...

    kenapa nama blog ini “Anak Muaro Paneh”? karena Muaro paneh itu kampung kelahiran gue. Muaro paneh itu terletak di Kab.Solok, Sumatera Barat. 7 km dari kota Solok. Setiap gue bilang ke orang lain kalau gue berasal dari Muaro Paneh mereka pasti melihat gue dengan tatapan “huh, anak kampung rupanya.” Hellooo... Muaro Paneh (MP) itu gak seprimitif yang kalian kira. Biasanya orang yang berpikiran seperti ini belum pernah ke MP. MP itu udah maju, kita punya mesjid, pasar, sawah, pertokoan, abang bakso.

     Di MP kita punya pasar sapi yang merupakan pasar sapi terbesar di Sumbar. Sapi-sapi dari seluruh sumbar dibawa ke MP untuk diperjualbelian. Kasihan sapi-sapinya. Bayangkan mereka dipisahkan dengan paksa dari pacar dan anak-anaknya. Apalagi sapi jomblo yang belum sempat pacaran. Udahlah jomblo,dijual lagi. Untung cuma dijual dan dibiarin hidup, tapi kalau dijual trus berakhir di meja pembantaian gimana? Kan kasian. Tidak berpri-kesapian. Kenapa manusia tidak bisa hidup damai dengan sapi? Kenapa kita tidak bisa hidup berdampingan? Kenapa gue membahas ini? ah gajee... udahlah.

      Selain pasar sapi kita juga punya “pasar baruak” atau dalam bahasa Indonesianya pasar monyet. Buat-buat lo yang jones (jomblo ngenes) yang tingkat kejombloannya udah akut banget mungkin pasar ini bisa jadi pilihan. Lo tinggal datang kesini pilih satu bawa pulang. Ntar kalian bisa pergi jalan bareng sambil pegangan tangan, boncengan, nyari kutu bareng buat cemilan, sama-sama nyuapin pisang dan kalau lo beruntung lo bisa dapat “french kiss”, soalnya gue udah coba.

Oke,udah dulu promosi MP nya. Selanjutnya alasan alamat blog ini “reyhanpatih”.
Nama asli gue Reyhan Respati Oriontama. Reyhan artinya “yang disayang”, moga aja ada yang benaran sayang ma gue nantinya. Respati artinya “gagah”, oke, ini gak sesuai kenyataan. Dan oriontama itu gabungan nama ortu gue plus “tama” yang artinya anak pertama. Sayangnya kata “oriontama” dihilangin dari nama gue waktu gue masuk SD. Yang nyuruh hilangin itu guru SD gue. Jadi ceritanya pas gue daftar masuk SD dia nanya nama gue,

     “namanya siapa, nak?” kata ibu SD itu.
      “reyhan respati oriontama, bu” kata gue.
      Lalu ibu SD itu ngelihat ke mama gue dan dengan polosnya bilang,
      “oriontama nya dihilangin aja ya bu. Ntar kepanjangan nulisnya di ijazah”
      Kalau gue ngerti apa yang terjadi waktu itu gue bakalan ngelempar vas bunga yang ada di meja ibu itu ke wajahnya. Padahal sekarang gue suka banget sama nama itu. Kayak nama rasi bintang, “orion”.
       Lalu jawab mama gue, “oke buk”. -____-
       Aahhh... sudahlah.

       Oke sekarang masalah “reyhanpatih” tadi. Hampir setiap gue ngenalin nama pasti bakalan jadi begini,
      “kenalin, nama gue reyhan respati”
      Yang dengar pasti bilang,
      “apa? Reyhan kerispatih? Nama band dong. Lo bisa nyanyi? Nyanyi ‘demi cinta’ dong.”
     Atau,” reyhan merpati? Lo bisa terbang? Lo punya maskapai penerbangan?” dan berbagai pertanyaan absurd lainnya.
      Makanya gue ambil aja kata patih tadi buat jadi alamat blog.
      

     Oke, mungkin itu sedikit perkenalan dari gue. perlu diingat gue gak niat ngelucu disini,gue cuma pengen sharing isi kepala gue. Gue harap gue gak bakalan bosan buat nulis karena gue mudah bosan. Ya walaupun pembacanya sedikit setidaknya dengan nulis gue bisa ngeluarin unek-unek gue. Semoga lo setia ngikutin tulisan gue dan ngasih masukan. Tunggu kelanjutannya....