18 Desember
2019. Hari dimana aku sidang skripsi. Alhamdulillah setelah perjuangan begitu
lama akhirnya aku bisa sidang skripsi. Kilas balik ke waktu sebelumnya, ke masa
penghujung semester 8. Saat itu aku sangat sedih karena tidak bisa sidang tepat
waktu. Aku sempat down melihat teman-teman yang sudah lulus duluan. Namun aku
sadar, kalau aku hanya bersedih, skripsiku tidak akan selesai. Aku harus
melangkah maju. Aku harus lulus secepatnya supaya tidak terus-terusan membebani
orang tua. Sangat merugikan rasanya membayar uang kuliah 6 juta rupiah hanya
untuk mata kuliah skripsi.
Dalam satu
semester, ada 2 kali pengumpulan sidang skripsi. Untuk periode ini, yang pertama
jatuh pada tanggal 16 September dan yang kedua pada tanggal 25 November. Aku berniat
mengubah judul skripsiku dan memulai kembali dari awal karena skripsi
sebelumnya tidak cukup meyakinkan. Namun hingga tanggal 16 September aku masih
belum menyelesaikannya. Aku kembali melewatkan waktu pengumpulan skripsi. Aku sangat
sedih dan tertekan saat itu. tinggal satu kesempatan terakhir untuk pengumpulan
skripsi, yaitu tanggal 25 November. Aku berhenti dari pekerjaan freelanceku
sebagai tim survei ITS dan fokus mengerjakan skripsi. Aku kembali menggunakan
judul skripsi yang lama, yaitu skripsi yang aku kerjakan di semester 8 karena
waktunya telah mepet.
Aku meminta
bantuan Naya, Khansa, dan Sanie untuk analisis data SPSS. H-2 pengumpulan aku
masih mengolah data SPSS. Aku sempat was-was apakah akan sempat untuk mengumpulkan.
Alhamdulillah, H-2 skripsiku disetujui oleh dosbing walaupun masih ada bagian
yang kurang. Hari pengumpulan skripsi akhirnya aku mengumpulkan skripsi yang
telah aku kerjakan. Namun beberapa kali masih aku revisi karena masih ada
bagian yang belum lengkap.
Akhirnya
hari itu tiba. Hari Rabu, tanggal 18 Desember 2019 aku sidang. Ketua penguji
adalah bu Dewi, sekretaris pak Ayok dan penguji ketiga yaitu dosbingku sendiri
prof Chol. Aku meminta bantuan Naya untuk menjadi notulenku. Pagi sebelum
sidang aku mual-mual karena stress. Saat aku sampai di ruangan sidang ternyata
prof Chol telah berada disana. Aku kaget. Tumben banget dosen penguji datang
duluan dibanding mahasiswa yang akan diuji. Setelah mengobrol aku akhirnya tau
kalau prof Chol mengira bahwa akan ada sidang mahasiswa lain sebelum aku. Ternyata
jadwalnya telah diganti dan prof Chol tidak tau. Saat mengobrol dengan prof
Chol sol sepatu kananku lepas. Aku segera terpikirkan apakah ini pertanda
buruk. Namun aku membuang jauh-jauh pemikiran itu.
Aku dijadwalkan
sidang jam 10 namun jam 10 lewat dua dosen penguji lainnya juga belum datang. Aku
sempatkan membaca materi kembali dan berlatih menjawab pertanyaan dengan Naya. Pukul
10.20 dua dosen penguji lainnya datang. Aku segera menghidangkan botol air
mineral kepada ketiga penguji. Saat akan menyalakan proyektor, timbul masalah. Proyektornya
ga bisa nyala. Aku panik. Ini salahku juga tidak mengecek dan menyalakan
proyektir terlebih dahulu sebelum penguji tiba. Aku takut akan dimarahi dosen
penguji. Tapi mereka Cuma bilang gapapa. Akhirnya aku minta tolong Naya memanggil
karyawan fakultas. Setelah karyawan fakultas datang proyektornya bisa menyala. Akupun
memulai presentasi selama 15 menit dengan kondisi sol sepatu kanan yang lepas. Setelah
presentasi, saat-saat yang horror tiba. Waktunya pertanyaan oleh penguji. Diawal
aku sempat keringatan hingga ditanya oleh dosen penguji, “Acnya ga nyala ya
kamu sampai keringetan begitu”. Aku menjawab tidak ini hanya karena aku gugup
saja. Setelah beberapa saat aku mulai bisa mengatasi keadaan dan bersikap
tenang. Pertanyaan dari Bu Dewi paling banyak berkisar tentang bab 1 dan bab 4.
Kemudian dilanjut pertanyaan oleh pak Ayok tentang bab 5. Sementara prof Chol
hanya memberi saran dan tidak memberi pertanyaan. Hal itu cukup membuatku heran
karena prof Chol pernah bilang kalau saat sidang beliau akan memposisikan
dirinya sebagai penguji dan tidak akan membantu sama sekali mahasiswa
bimbingannya. Lumayan banyak pertanyaan yang tidak bisa kujawab. Sidang selesai
pukul 12 lewat. Setelah itu aku diminta menunggu diluar supaya penguji bisa
berdiskusi.
Diluar aku
menyampaikan kekhwatiranku kepada Naya. Dia bilang gapapa yang penting udah
usaha maksimal. Setelah itu aku dipanggil kembali ke dalam dan bu Dewi
menyatakan aku lulus. Aku hampir tidak percaya ketika itu. aku sangat senang
namun berusaha menyembunyikan kebahagiaanku dan hanya menjawab lirih “terima
kasih Bu”. Lalu aku menyalami semua dosen penguji. Dan merekapun keluar. Naya mengucapkan
selamat kepadaku. Setelah itu datang masuk ke ruangan teman-teman BEM Departemen
Kastra. Aku kaget mereka datang. Karena aku sama sekali tidak mengundang dan
tidak menginginkan siapapun datang ke sidangku. Hal ini ada alasannya. Sidangnya
mahasiswa bimbingan prof Chol itu kemungkinan lulusnya cuma 50%. Berbeda dengan
sidang lain yang kemungkinan lulusnya tinggi. Sudah banyak yang menjadi
korbannya di semester kemaren. Makanya aku berhati-hati mengerjakan skripsi dan
juga tidak mengundang siapapun untuk datang saat sidang. Akan sangat memalukan
bagiku jika tidak lulus sidang dan disaksikan oleh teman-temanku.
Tapi ternyata
teman-teman BEMku datang. Teman kosku, Tupe, juga datang. Padahal aku bilang ke
Tupe kalo mau datang pas wisuda aja karena sidang dengan prof Chol kemungkinan
lulusnya Cuma 50%. Nyatanya dia tetap datang pas sidang. Di sisi lain aku juga
bahagia karena ada yang datang, jadinya
sidangku ga sepi-sepi amat dan ada kenangan yang bisa diabadikan. Aku kemudian
memberi Naya bingkisan jajanan karena dia telah membantuku dengan menjadi
notulen. Teman-teman BEM menghadiahiku selempang/selendang yang terbuat dari Indomie
berbagai varian. Kami kemudian berfoto di patung depan fakultas. Setelah itu
aku pulang ke kos. Di kos aku menelpon orang tua untuk mengabari aku lulus. Aku
kemudian tidur siang karena lelahnya. Saat bangun rasanya badanku sedikit
demam. Ini sepertinya karena stress sidang. Dan ternyata teman-temanku yang
selesai sidang juga mengalaminya. Masih ada revisi, namun aku lega atas
kelulusan sidangku. Alhamdulillah.