Sabtu, 19 November 2022

Momen



Sampai kapanpun, foto ini akan selalu jadi foto terbaik bagiku. Big thanks to @rimaayala for taking this picture. Mau sungkem ke Rima rasanya.

Begitu upacara wisuda selesai, mama diikuti papa langsung turun dari lantai 2 tempat orang tua duduk menuju ke tempatku. Begitu mama melihatku, mama langsung menghambur ke arahku dan memelukku sambil menangis. Tak peduli walau disana masih banyak teman-temanku yg melihat. Papa berdiri di belakang mama sambil menahan air matanya agar tak menetes.

Di momen seperti itulah foto ini diambil. Semua rasa tergambar dalam satu momen ini. Ada perasaan senang, bahagia, bangga, terharu, sedih, dan lega. Senang karena akhirnya anak pertama beliau telah di wisuda. Terharu karena anak yang diasuhnya sejak kecil kini telah menyandang gelar sarjana. Lega karena beliau sempat takut aku ga bakalan lulus karena banyaknya "ujian" yang datang di semester-semester akhir. Cukuplah aku yang tau bagaimana kerasnya perjuangan mama dan papa agar aku bisa lulus. Rasa sayang mama kepadaku memang begitu besar kurasakan, hingga aku merasa terlalu dimanjakan oleh beliau. Tapi itulah yang aku rindukan saat ini.

Jujur, aku bukan orang yang terlalu suka acara seremonial dan sikap formal berlebihan. Sebelum hari wisuda, aku merasa orang tuaku tidak perlu bepergian sejauh 2101 kilometer hanya untuk melihatku berjabat tangan dengan Dekan dan Rektor. Kalo mau berfoto pun di studio foto kota Padang juga bisa dilakukan. Toh yang penting anaknya sudah lulus. Tapi setelah melihat foto ini aku bersyukur mereka datang. Momen yang tergambar dalam satu gambar ini tidak akan bisa digantikan oleh apapun.

Manfaatkan setiap momen yang ada bersama orang yang berharga bagi kita, karena jika mereka sudah tiada, mereka hanya bisa hidup di dalam kenangan kita. 

Kehilangan Terhebat #2



Kadang kita merasa orang tua kita akan ada selamanya. Tanpa sadar kita sering tak acuh dan tak mensyukuri kehadiran mereka. Kita mengira masih punya banyak waktu untuk bersama mereka. Nyatanya tidak. Satu-satunya hal pasti di dunia ini yg tak bisa diulang adalah waktu. Waktu berlalu begitu cepat hingga tanpa sadar satu per satu orang yang kita sayang pergi.

Sekarang mama udah ga ada. Tak ada lagi tempat cerita, tak ada lagi mama yg akan mendoakanku, tak bisa lagi minta restu mama, tak bisa lagi peluk mama, tak bisa lagi cium tangan dan kening mama, mama ga bisa hadir di pernikahanku, mama ga bisa ikut menggendong anakku kelak, dsb. Tak ada lagi artinya semua pencapaian di tempat kerja karena mama tak bisa menikmatinya.

Kalo boleh berpesan kepada teman-teman yang orang tuanya masih lengkap, sayangilah mereka seakan hari ini adalah hari terakhir bersama mereka. Karena jika mereka sudah tidak ada, tidak ada lagi yg bisa menggantikannya.

Kurang lebih 26 tahun yang lalu mama membawaku ke dunia dari rahimnya, kini aku lah orang yang mengantarkan beliau ke liang lahat, membaringkan beliau menuju peristirahatan terakhirnya. Sebagian diriku ikut terkubur bersama tanah terakhir yang kutabur di kuburan mama. Selamat jalan mama, izinkan aku mengulang kalimat terakhir yang ku ucapkan kepada mama di liang lahat, "Terima kasih sudah menjadi mama bagi kami berlima, sekarang biar giliran Reyhan yang akan jaga papa & adik-adik".

Minggu, 11 Oktober 2020

Pengalaman ikut tes PTPN (Perkebunan Nusantara) 2020

Aku mau cerita tentang pengalamanku menjalani tes PTPN, karena aku liat masih sedikit yang nulis tentang ini. Akupun ketika mencari informasi tes PTPN juga kesulitan menemukan tulisan dari peserta tes. Jadi semoga melalui tulisan ini yang mau ikut tes PTPN bisa ngambil pelajaran dan dapat informasi dari tes yang pernah aku jalani.

Bagi yang belum tau, PTPN merupakan BUMN yang bergerak di bidang perkebunan mulai dari pengadaan, pengolahan hingga pemasaran produk. Beberapa tanamannya yaitu kelapa sawit, kopi, karet, teh, tebu, dll. Setauku PTPN punya 14 perusahaan mulai dari Perkebunan Nusantara I sampai  Perkebunan Nusantara XIV dengan Perkebunan Nusantara III sebagai holding company.

Sekarang masuk ke pengalaman tes. Karena pandemi covid-19 semua proses rekrutmen dilakukan secara online. Ketika itu pendaftarannya dibuka dari tanggal 13-19 Juli 2020. Ada 4 posisi yang dibuka yaitu bidang tanaman, bidang teknik/pengolahan, bidang keuangan, dan bidang umum. Untuk lulusan psikologi seperti aku hanya bisa mendaftar di bidang umum. Aku memilih mendaftar di PTPN V Riau dan PTPN II Sumut + Papua.  Berkas-berkas yang dipersiapkan merupakan berkas standar saat melamar kerja, yaitu E-KTP Asli, Ijazah Asli/Surat Keterangan Lulus Asli, Transkrip Nilai Asli, Kartu Keluarga Asli. Semua berkas di upload pada web ppm-rekrutmen melalui akun yang telah kita buat.

Aku dinyatakan lulus seleksi administrasi. Setelah itu lanjut ke tes Intelegensi online 1 Agustus-3 Agustus. Tesnya Cuma setengah hari tapi karena pesertanya banyak maka dibagi ke dalam beberapa gelombang. Tes intelegensi berupa tes verbal, logika, pola bangun ruang dan semacamnya.

Alhamdulillah aku lulus tes intelegensi online. Setelah itu lanjut personality test, tes bidang tugas, dan tes bahasa inggris online. Personality test sama kayak tes kepribadian lainnya cuma pengen tau kita kayak gimana. Untuk tes bidang tugas kita ditanya tentang hal umum mulai dari pengetahuan tenang BUMN, Perseroan Terbatas, basic IT, karyawan, penggajian, undang-undang ketenagakerjaan, keuangan, dll. Tes bahasa inggris seperti tes TOEFL cuma soalnya lebih sedikit. Sejujurnya aku pesimis bisa lolos tes ini karena aku menjawab secara tidak maksimal. Alhasil aku pasrah jika dinyatakan gagal.

11 September aku membuka website dengan rasa pesimis namun aku kaget ternyata aku lulus. Tes selanjutnya adalah wawancara bidang tugas dan FGD. Jadwal testnya dari 12-17 September. Ini adalah pengalaman pertamaku melakukan wawancara bidang tugas dan FGD bahasa Inggris. Jujur aku lebih takut FGD bahasa Inggris karena bahasa Inggrisku yang jelek. Semenjak pengumuman lulus ke tes selanjutnya setiap hari kau rutin belajar FGD dengan menggunakan bahasa Inggris dan mendengarkan video youtube bahasa Inggris untuk menambah kosakata bahasa Inggris.

Lalu tibalah pada hari tes. Tes pertama adalah FGD bahasa inggris online. Aku masuk ke dalam kelompok 6 orang dengan satu instruktur dari Univesitas Muhammadiyah Malang. Sainganku ada yang dari Sumatera utara namun bekerja sebagai asisten peneliti di Jakarta, ada yang dari Aceh, ada yang dari Palembang, dan satu lagi aku ga tau darimana. Kami berenam mengaku baru pertama kali ikut tes FGD bahasa Inggris. Kami disuruh memilih salah satu kartu diantara kartu bertuliskan huruf P,Q,R,S,T. Aku memilih huruf R karena itu awalan namaku. Peserta lain juga memilih R. Akhirnya kartu R dibuka dan isinya adalah studi kasus jika kamu diharuskan bekerja ke tempat terpencil bagaimana caramu meyakinkan ibumu agar kamu diizinkan pergi. Kami diberi waktu 3 menit untuk memikirkan jawabannya. Setelah itu kami diminta untuk menjawab. Ternyata ada satu peserta yang tiba-tiba menghilang dari aplikasi zoom. Aku menduga dia ketakutan dan melarikan diri. Atau bisa saja signalnya bermasalah.

Pertanyaan kedua adalah jika harus memilih bekerja ke tempat terpencil sesuai perintah atasan namun orang tua tidak mengizinkan maka mana yang akan kamu pilih? Orang tua atau atasan? Untuk tes FGD ini aku sarankan kalian harus inisiatif mengajukan diri untuk menjawab pertama. Intinya percaya diri dan ga usah takut salah. Instruktur juga mengatakan ga masalah kalo mau pake 1 atau 2 kata bahasa Indonesia jika benar-benar lupa kosakata bahasa Inggris.

Untuk wawancara bidang tugas dilakukan 2 hari setelahnya. Aku diwawancara oleh pihak PTPN V. Ada 3 orang pewawancara, namun hanya 2 yang mewawancaraiku karena satunya sedang sibuk (tidak tertarik?). pertama wawancara oleh psikolog mengenai pengetahuan alat tes psikologi dan skripsi. Mampus, aku ga baca ini sebelum tes. Iya harusnya lulusan psikologi udah hafal ini, tapi aku lupa istilah-istilahnya. Terus tentang SPSS dan metode penelitian skripsi aku juga udah ga ingat lagi karena aku lemah di statistika jadi gam au inget-inget itu lagi. Alhasil aku mengarang bebas. Parah.

Selanjutnya aku diwawancarai oleh orang yang sepertinya kepala bidang. Aku ditanya alasan gabung PTPN, apa yang bisa aku berikan pada perusahaan, apakah siap jika ditempatkan di tempat terpencil, dan apakah ada rencana lanjut S2. Bapaknya cukup kritis, jawaban standar ga bakalan mempan ama dia, dia terus menggali jawabanku lebih dalam sampai aku kelagapan. Setelah wawancara bidang tugas ini aku ngerasa bodoh banget karena gabisa jawab dengan maksimal. Menurutku ini terjadi karena 2 hal, pertama ini pengalaman petamaku wawancara bidang tugas dan kedua aku terlalu meremehkan sehingga kurang membaca tentang alat tes psikologi dan skripsi. Saranku kalian harus banyak-banyak baca.

Melihat wawancaraku aku udah pesimis banget yakin ga bakalan lolos. Jadi aku ga berharap apa-apa lagi dari PTPN ini. pengumumannya tanggal 22 September dan aku sengaja ga buka pengumumannya karena malas dan udah tau hasilnya. Aku akhirnya buka pengumuman tersebut di awal Oktober dan benar aku ga lolos. Kalo misalkan lolos, tes selanjutnya adalah tes kesehatan dan wawancara direksi yang dilakukan secara offline dan jadwalnya masih akan diumumkan. Tinggal 2 tahap lagi menuju lolos diterima sebagai karyawan. Sedih sih, tapi dari kegagalan ini aku jadi punya pengalaman FGD bahasa Inggris dan wawancara bidang tugas yang pastinya bisa aku gunakan di kesempatan lain. Dan Alhamdulillah Allah memberi aku kesempatan di tempat lain. Mungkin nanti akan aku ceritakan. Sekian dari aku kalo mau tanya-tanya bisa reply. Terima kasih.

Rabu, 23 September 2020

Siapakah Ya’juj Ma’juj?

Teori liar: Ya’juj Ma’juj bukan makhluk lain tapi bangsa manusia juga.

Kenapa? Teknologi udah secanggih ini. satelit, radar, drone, semuanya ada. Bisa dikatakan seluruh kawasan bumi udah dipetakan tapi lokasi bangsa Ya’juj Ma’juj yang terkurung tembok besi masih juga belum ditemukan.

Padahal jumlah Ya’juj Ma’juj ini sangat banyak (jutaan mungkin) karena menurut hadist ketika Ya’juj Ma’juj melewati suatu sungai, sungainya langsung kering karena airnya habis dipakai minum buat mereka. Dengan jumlah sebanyak ini ga mungkin mereka ga terpantau rada/satelit.

Dengan melihat fakta di atas, hanya ada 2 suku bangsa yang kini menjadi 2 negara yang memenuhi persyaratan sebagai Ya’juj Ma’juj. Silakan kalian tebak sendiri.

Senin, 07 September 2020

Duluan mana Nabi Adam atau Manusia Purba?

Pertanyaan tersebut masih sering terlihat di internet. Bagi kalangan akademis tegas menjawab manusia purba yang duluan. Bagi kalangan religius menjawab nabi Adam lah manusia pertama. Bagi yang berusaha netral menjawab agama dan sains ga bisa digabung. Jadi yang mana yg benar?

Bagi saya pribadi agama dan sains bisa sejalan. Sudah banyak ayat-ayat Alquran yang sejalan dengan temuan akademisi. Seperti awetnya mayat fir’aun, ada api di dalam laut, 2 laut yg bertemu dan dpisahkan oleh garis yang jelas, proses pembentukan janin, dan lain sebagainya.

Lalu bagaimana dengan pertanyaan di awal tadi?

Saya mengambil kesimpulan bahwa definisi “manusia” menurut agama dan sains itu berbeda. Bagi agama, yang dimaksud manusia adalah manusia modern yang bentuk fisiknya seperti kita sekarang. Maka dari itu manusia pertama menurut agama adalah nabi Adam.

Sementara menurut ilmuwan/akademisi manusia berbulu, berjalan bungkuk, berdahi lebar yang hidup 300.000 ribu tahun lalu sudah dikatakan sebagai manusia. Maka bagi mereka manusia purba adalah manusia pertama.

Singkatnya, bagi agama, manusia purba bukan manusia melainkan makhluk lain yang mirip manusia. Tetapi bagi kalangan akdemisi manusia purba sudah bisa disebut sebagai manusia.

Jadi yang mana yang benar? Kedua-duanya benar tergantung kita mengambil sudut pandang yang mana.

Sabtu, 05 September 2020

Pekerjaan Pertama

Kalo ditanya apa pekerjaan pertamamu, aku akan bilang menjadi tim survei PDRB Surabaya. Definisi pekerjaan disini adalah hal yang setelah aku lakukan mendapat fee/gaji. Sebenarnya kalo definisinya seperti itu pekerjaan pertamaku adalah menjadi tim tester masuk SMP Surabaya. Cuma kalo diliat dari ribetnya pekerjaan dan besarnya gaji maka menjadi tim survei PDRB Surabaya adalah pekerjaan pertamaku.

Aku memperoleh pekerjaan tersebut karena rekomendasi kakak tingkatku di kampus. Dia merekomendasikanku kepada lembaga PDPM kampus ITS (aku lupa kepanjangannya). Lembaga PDPM ini merupakan lembaga survei ITS yang ditugaskan oleh pemerintah kota Surabaya untuk melakukan survei produk domestik regional bruto di kota Surabaya. Maka dari itu mereka membentuk tim lapangan dan aku salah satunya. Satu tim lapangan terdiri dari 10 orang dan tiap orang ditugasi ke 10 tempat.

Aku ditugaskan ke 10 tempat untuk melakukan survei. Tempatnya apa aja? Beragam. Mulai dari tempat fotokopi, hotel, restoran, kafe, usaha pertukangan, usaha pertanian, usaha perikanan, umkm, sekolah, kos-kosan, dll. Tugasnya nanya-nanya ke mereka mengenai pendapatan & pengeluaran mereka selama 2 tahun terakhir. Aku diberi tenggat waktu selama 2 minggu lebih sedikit seingatku.

Walaupun keliatannya simpel tapi tidak segampang itu. Banyak kendala di lapangan. Diantaranya tempat usaha yang tidak mau diwawancarai. lokasi yang jauh tersebar di beberapa titik dan alamat yang tidak ditemukan. Aku berkeliling Surabaya Timur dengan sepeda motor. Bisa kebayang lah cuaca panas Surabaya seperti apa. Walaupun “cuma” 10 tempat, tapi karena ada kendala tadi (tidak bersedia diwawancarai/alamat tidak ditemukan) aku harus pergi ke tempat baru yang diberikan oleh tim PDPM. Jadi kalo di total mungkin aku telah pergi ke 20 tempat selama 2 minggu lebih sedikit.

Walaupun begitu, aku belajar banyak dari tugas ini. Mulai dari berkomunikasi, membangun relasi, melatih kemampuan persuasi, mengetahui pojok kota Surabaya, melihat langsung kesulitan bisnis yang dihadapi pelaku usaha, belajar ilmu baru seperti pertanian dan perikanan dari partisipan yang aku temui, dan sabar menghadapi penolakan. Awalnya aku cukup sedih saat menghadapi penolakan tapi akhirnya aku sadar seperti inilah realita dunia. Walaupun kita bermaksud baik tapi tidak semua hal bisa berjalan dengan lancar. Kita akan dihadapkan pada penolakan-penolakan dan kerasnya hidup. Yang bisa kita lakukan adalah terus berusaha dan mencari peluang di tempat lain.

Terakhir yang bikin aku senang adalah gajinya dinaikkan 2 kali lipat dari kesepakatan awal. Itu terjadi karena kakak tingkatku yg juga anggota tim survei lapangan mengusulkan kepada lembaga PDPM ITS mengingat tugas lapangan yang cukup berat. Demikianlah pengalaman kerja pertamaku.

Rabu, 06 Mei 2020

Hal-Hal Penting Selama di Surabaya yang Belum Sempat Diceritakan (Part 2)


      Assalamu’alaikum. Selamat berpuasa bagi yang berpuasa, semoga bisa menjalankan sampai akhir ya dan ibadah puasa kita diterima. Sambil menunggu waktu berbuka puasa, aku mau cerita beberapa hal penting selama di Surabaya yang belum sempat diceritakan. Kenapa dijudulnya tertulis part 2? Karena di bulan Februari tahun 2016 aku juga udah pernah cerita tentang hal yang sama. Ini merupakan kelanjutan beberapa hal penting yang belum sempat aku ceritakan di part 1.

      Saat ini aku telah kembali ke kampung halaman meninggalkan Surabaya untuk selamanya. Engga deh, becanda. Bukan untuk selamanya, tapi sampai ada tawaran kerja atau hal penting lainnya yang harus aku urus di Surabaya. Aku udah ga ngekos lagi di Surabaya, semua barang-barang udah aku bawa pulang ke Solok (bukan Solo), Sumatera Barat. Kepulanganku yang mendadak ini dikarenakan orang tuaku takut aku ga bisa pulang jika tiba-tiba Surabaya di lockdown menyusul merebaknya virus Corona di Indonesia. Mengenai kepulanganku ini bisa dibaca di tulisan sebelumnya.

      Berada di kampung halaman membuatku kembali memikirkan beberapa hal yang telah aku lalui selama di Surabaya. Banyak pengalaman unik yang berbeda dari yang aku alami di Solok. Berikut ini akan aku ceritakan. Oh ya, sebelum itu, aku kasi tau dulu kalo ini murni pengalaman pribadi. Mungkin bisa berbeda dari yang dialami oleh orang lain. Dan mungkin pengalamanku ini tidak berlaku khusus hanya untuk kota Surabaya saja, bisa saja di kota lain juga mengalami hal yang serupa. Oke, langsung saja:

1. Penamaan Bakwan. Di Surabaya dan beberapa daerah di Jawa Timur, bakwan disebut sebagai ote-ote. Di Malang namanya berbeda lagi menjadi Weci/Heci. Padahal selama ini aku mengira “bakwan” adalah satu-satunya sebutan di seluruh Indonesia untuk gorengan yang terbuat dari sayuran dan tepung terigu ini. Awal berada di Surabaya, ketika aku membeli gorengan, penjualnya sering kebingungan ketika aku bilang bakwan.

Aku: “mas, tahu sama bakwannya campur 5000 ya”
Penjual: “tahu sama apa mas?”
Aku: “tahu sama bakwan”
Penjual: “bakwan? Ga ada bakwan mas”
Aku: “lah, itu apa? (sambil menunjuk bakwan)”
Penjual: “oh itu ote-ote mas”
Aku: “ya udah, beli itu aja mas”

      Itu trauma pertamaku membeli gorengan. Semenjak saat itu ketika membeli gorengan aku selalu bilang “beli yang ini mas” sambil menunjuk bakwan, karena aku kurang yakin dengan penamaan ote-ote, takut salah sebut. Di kemudian hari aku baru dijelaskan mengenai penamaan ote-ote dan weci oleh temanku.

2. Air minum di warung/rumah makan. Jika kita berkunjung ke warung makan mulai dari yang kaki lima hingga sekelas restoran di Solok atau Sumatera Barat umumnya di meja makan telah disediakan satu teko berisi air putih/mineral dan beberapa gelas. Pengunjung bebas mengambil minuman tersebut dan meminta tambah jika air di teko telah habis. Berbeda dengan yang aku alami di Surabaya. Pemilik warung/restoran tidak menyediakan hal tersebut di meja makan. Jika mau minum, kita harus memesan ke pelayan/pemilik warung. Dan sangat jarang bahkan terkesan aneh jika seseorang memesan air putih/mineral ke pelayan.
      Ketika baru di Surabaya, aku makan di sebuah tempat. Lalu pelayannya bertanya mau minum apa, aku jawab air putih (yang aku maksud air mineral). Pelayannya tampak heran bercampur kaget dari raut wajahnya. Dan semakin aku perhatikan, tidak ada pengunjung yang memesan air putih. Rata-rata memesan es teh atau es jeruk. Dari situ aku tau kalo air putih bukanlah hal lumrah yang dipesan ketika makan. Padahal bagi anak kos cukup mengeluarkan biaya juga kalo harus memesan es teh atau es jeruk setiap makan. Dan bukan hal yang baik juga untuk kesehatan kalo terus-terusan minum es teh atau es jeruk ketika makan. Tapi lama-lama aku terbiasa juga memesan es teh atau es jeruk.
      Pernah juga aku memaksa memesan air putih di suatu tempat, dan saat membayar air putih yang aku pesan itu dikenai biaya seribu rupiah. Tapi bagi pengunjung yang ingin air putih/mineral rata-rata di beberapa warung menyediakan air mineral kemasan (yang tetap harus dibayar).

3. Tidak ada hujan selama 6 bulan! Ini hal yang membuat aku sangat kaget ketika berada di Surabaya. Di Solok, walaupun musim kemarau sekalipun, seengganya akan tetap turun hujan sekali dalam 10 hari. Hujan tidak turun selama 1,5 bulan saja orang-orang sudah melaksanakan sholat isitisqa (sholat minta hujan). Sementara di Surabaya 6 bulan lebih tidak hujan dan orang-orangnya masih santai saja. Mungkin karenaa faktor geografis juga ya. Aku masih ingat hujan pertamaku di Surabaya. Saat itu awal bulan Desember. Aku dan angkatanku berlatih untuk penampilan angkatan. Gerimis kecil turun dan aku membiarkan tubuhku dibasahi oleh rintik hujan. Temanku memintaku untuk berteduh namun aku memilih untuk berdiri sedikit lebih lama lagi dibawah tetesan air. Aku tidak menyangka nikmat hujan begitu indahnya.

4. Perbedaan arti kata. Di Solok dan Sumatera pada umumnya kalo ngomong “siap” itu konteksnya udah selesai. Tapi kalo di Surabaya “siap” itu artinya baru mau diselesaikan.

Temanku: “Rey, gimana tugas m
ind map Sejarah dan Aliran Psikologimu?”
Aku: “iya, udah siap nih”
Temanku: “oh, baru mau dikerjakan? Okedeh”
Aku: “enggaa.. udah siap kok”
Temanku: “iya iya, baru mau dikerjakan kan? Paham kok”
Aku: “Bukann.. dibilangin udah siap!”
Akhirnya kami baku hantam.

Hal yang sama juga terjadi saat aku bilang ingin beli bensin untuk sepeda motor.
Teman: “mau kemana?”
Aku: “beli minyak”
Teman: “hah minyak? Minyak goreng? Bensin kali”
Aku: terdiam…
Untuk yang satu ini aku akui kalo penyebutan orang Solok itu salah. Bensin lebih tepat.

Untuk minuman, jika di Surabaya disebut es teh, maka di tempatku disebut teh es. Mana yang lebih tepat kira-kira? Es yang dberi teh atau teh yang diberi es?

      Perbedaan lainnya adalah dalam penyebutan nama barang. Jika ditempat asalku alat untuk penjepit kertas berisi logam berbentuk huruf U disebut klip maka di Surabaya disebut staples. Akhirnya daripada rancu, setiap meminta staples ke mas fotokopi aku langsung memperagakannya dengan gerakan tangan. Di Surabaya klip itu adalah alat penjepit kertas lainnya seperti gambar di bawah.


Barusan aku cek di kbbi penyebutan staples yang benar adalah stapler. Sementara staples itu adalah isiannya.

5. Hal yang aku sesalkan di Surabaya adalah sulit sekali menemukan martabak mesir. Jikapun ada biasanya harganya lebih mahal daripada di Solok. Sepertinya semakin ke Timur Indonesia semakin susah menemukan martabak mesir. Padahal martabak mesir menurutku adalah martabak yang harus kalian coba minimal sekali seumur hidup karena rasanya yang begitu enak. Aku bahkan mau menjadi duta martabak mesir supaya makanan ini lebih dikenal lagi di wilayah timur :D
      Bedanya apa dengan martabak telur? Untuk bumbu daging martabak telur umumnya lebih sederhana, yakni bawang bombay, bawang putih, dan garam-merica secukupnya. Sedangkan bumbu daging martabak mesir adalah bawang merah, bawang putih, pala, lengkuas, jahe, jintan, bunga lawang, daun atau bubuk kari, daun salam, dan bahkan santan. Salah satu keunikan lain yang membedakan citarasa keduanya adalah bahan minyaknya. Martabak telur umumnya menggunakan minyak kelapa untuk menggoreng martabak, sedangkan martabak mesir pakai margarin atau minyak samin. Hal unik lainnya dari martabak mesir yang bikin lezat adalah kuah cukonya yang terdiri dari potongan bawang bombay, cabe rawit dan tomat. Di Surabaya aku baru menemukan martabak mesir di restoran sederhana. Harganya kurang lebih 40 ribuan. Kalo kalian tau tempat lain di Surabaya yang menyediakan martabak mesir silakan komen dibawah yaa..