Tahun 2024 menjadi salah satu tahun yang penuh harapan dan perjuangan bagi aku. Dengan berbagai pertimbangan, aku memilih untuk “banting stir” dari bekerja di sektor swasta menjadi berkarier di instansi pemerintahan. Untuk mewujudkan hal tersebut, aku mengikuti seleksi CPNS Tahun 2024. Aku ga akan menyebut instansi mana yang aku ambil, karena akan terdapat beberapa pembahasan sensitif di blog ini. Jadi aku akan memberi “clue” supaya kalian bisa menebak instansi yang aku pilih. Aku mendaftar di lembaga penegak hukum dengan inisial “K” dengan pilihan formasi Arsiparis Ahli Pertama yang menerima jurusan S-1 Psikologi dan beberapa jurusan lainnya seperti jurusan Pendidikan Agama Islam, Kearsipan, Perpustakaan, Pertanian, Sosiologi, dll. Alasan aku memilih instansi K adalah karena kuota penerimaan yang termasuk besar dibanding tempat lain, yaitu sebanyak 484 orang untuk formasi Arsiparis Ahli Pertama. Dalam tulisan ini, aku ingin berbagi pengalaman lengkap dari awal hingga akhir proses seleksi. Harapannya bisa menjadi pelajaran dan inspirasi bagi teman-teman yang ingin mencoba peruntungan di dunia CPNS.
Semua bermula dari pendaftaran online melalui portal SSCASN.
Tahap awal ini terlihat sederhana, tapi cukup menegangkan. Aku harus memastikan
semua dokumen seperti ijazah, KTP, transkrip nilai, dan surat lamaran lengkap yang ditulis tangan dan sesuai dengan format yang diminta. Istriku juga membantu dalam proses ini. Meskipun terlihat sepele, ada banyak peserta yang gugur hanya karena
kesalahan kecil dalam mengunggah dokumen. Aku berulang kali memeriksa file-file
tersebut, memastikan semuanya beres sebelum akhirnya mengunggahnya. Pengumuman seleksi administrasi keluar tanggal 16 September
2024, dan aku merasa lega
ketika melihat namaku dinyatakan lolos. Ini baru langkah pertama, tetapi
rasanya seperti mendapat suntikan semangat besar untuk melangkah ke tahap berikutnya.
Tes
SKD menjadi tantangan berikutnya. Ujian berbasis CAT (Computer Assisted Test)
ini menguji kemampuan dalam tiga bidang utama: Tes Wawasan Kebangsaan (TWK),
Tes Intelegensia Umum (TIU), dan Tes Karakteristik Pribadi (TKP). Aku dan teman-teman di tempatku bekerja belajar bersama
untuk tes ini. Kami mengambil paket bimbel online dan latihan try out
hampir setiap hari. Aku sarankan bimbel Alfaiz untuk latihan TIU dan untuk
TWK di Dhedi R. Ghazali. Kebetulan ada juga satu orang temanku yang mengambil
instansi K namun di formasi berbeda. Aku
mengikuti tes SKD pada 25 Oktober 2024 di Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat,
tempatku bekerja. Alhamdulilah, hasilnya cukup memuaskan. Skorku adalah 401, dengan rincian TWK
80, TIU 130, dan TKP 191. TWK tahun ini cukup
sulit karena semua jawaban positif. Kita harus paham nilai-nilai Pancasila dan
integritas serta cinta tanah air. Aku
bersyukur karena berhasil mencapai nilai di atas passing grade (PG), tetapi melihat peserta lain yang juga
memiliki nilai tinggi, aku sadar persaingan masih sangat ketat. Bersyukurnya lagi, di formasiku yang lulus SKD kurang
dari 3x jumlah formasi, jadi otomatis semuanya lanjut ke tahap SKB.
Tahap
selanjutnya adalah SKB Non-CAT yang berlangsung pada 2-5 Desember 2024. Tes ini
meliputi psikotes, praktek kerja, wawancara psikologi, dan tes kesehatan. Aku berusaha diet agar berta badanku ideal sesuai BMI
pada saat tes kesehatan. Bahkan aku juga ikut gym untuk persiapan. Tes
pertama yaitu Psikotes berlangsung di Universitas Negeri
Padang (UNP) dan menguji berbagai aspek seperti inteligensi (tes IST), Kepribadian dan Kejiwaan (PAPI Kostick dan MMPI). Sesi ini cukup menguras energi dan sedikit ada gangguan jaringan internet pada saat mengerjakan. Pada praktek kerja kami diberi 2 soal MS. Word
dan 2 soal MS. Power Point yang harus kami tiru. Ada soal studi kasus
juga pada soal pertama ms. Word. Aku merasa
cukup percaya diri meskipun ada momen-momen di mana aku bertanya-tanya apakah
yang aku lakukan sudah memenuhi ekspektasi panitia. Pada Wawancara
psikologi aku ditanya tentang motivasi, kelebihan dan
kekurangan, cara mengatasinya, cara menghadapi masalah di dunia kerja, cara
berhadapan dengan orang-orang, dan pengalaman kerja. Aku mencoba untuk tetap jujur dan tidak
memberikan jawaban yang terlalu "dibuat-buat.".
Selanjutnya Tes kesehatan yang dilaksanakan di Rumah
Sakit dr. Reksodiwiryo Padang, yang meliputi pemeriksaan fisik, berat badan dan tinggi badan sesuai BMI, tes darah, tes urin, tes THT, mata, rontgen dada, tes EKG
Jantung, tensi, dan terakhir ambeien. Di hari terakhir aku mengikuti
wawancara pimpinan yang berlangsung di kantor wilayah Instansi K. Pewawancaranya adalah Bapak F*ja* M*ft*. Kami masuk
ke ruangan beliau sekaligus berenam orang. Pertanyaan yang diajukan cukup menantang, seperti pandangan
tentang IKN, kasus yang sedang viral di instansi K, hingga konsep restorative
justice. Aku kagum dengan cara beliau menyampaikan pertanyaan dan
berinteraksi, sehingga membuatku semakin semangat ingin menjadi bagian dari
instansi ini. Tes terakhir yaitu Tes SKB CAT dilaksanakan pada 15 Desember 2024 di Kantor BKN
Padang, dekat kompleks Singgalang. Aku mendapatkan skor 350 dan menjadi
peringkat kedua di sesi tersebut. Meskipun hasilnya membanggakan, aku tetap
waspada karena seleksi ini tidak hanya bergantung pada nilai CAT saja.
Saat
pengumuman akhir tiba, aku merasa campur aduk. Harapan bercampur kecemasan yang
terus menghantui. Namun, ketika hasilnya keluar, aku dinyatakan TMS (Tidak Memenuhi Syarat).
Nilai praktek kerjaku 69 dan nilai wawancara
pimpinan 92, namun tidak lolos di tes kesehatan. Rasanya
seperti dihantam badai. Yang membuatku semakin kecewa adalah pengumuman ini
tidak transparan. Tes kesehatan fisik, psikotes, kejiwaan, dan wawancara
psikologi digabung dalam satu kategori penilaian "Tes Kesehatan," padahal tahun lalu dipisah. Sehingga aku
tidak tahu di mana letak kekuranganku. Aku merasa bingung karena tidak ada
penjelasan detail mengenai apa yang sebenarnya menjadi penentu utama dinyatakan
memenuhi syarat (MS) atau tidak memenuhi syarat (TMS). Dari 484 kuota
formasi Arsiparis Ahli Pertama, hanya 285 yang terisi. Sisanya dinyatakan TMS. Begitu juga di formasi lain yang banyak TMS sehingga menimbulkan tanda tanya besar. Padahal jika dari segi nilai, Alhamdulillah aku masuk 8 besar. Bahkan yang
nilai paling tinggi di formasiku pun juga TMS. Rata-rata yang TMS adalah yang
peringkat atas. Setidaknya panitia harus memberitahu dimana letak
kekurangannya. Jika memang ada sakit fisik, maka itu akan jadi dasar kami untuk
melakukan pengobatan. Jika gagal di psikotes, maka ini jadi bahan evaluasi dan
instrospeksi kami sebagai peserta. Sistem
seleksi yang ada terasa seperti "untung-untungan." Tapi balik lagi ya, semua ini soal rezeki dan memang belum rezekiku disini.
Teman kerja yang mendaftar di Instansi K juga, yang aku ceritakan di awal tadi,
juga TMS.
Kegagalan ini membuatku merenung. Aku merasa telah memberikan yang terbaik, mulai dari usaha belajar, doa, hingga berbagai ibadah yang aku lakukan. Namun, hasilnya tidak sesuai harapan. Meski begitu, aku mencoba menerima kenyataan ini dengan lapang dada. Aku percaya, Allah punya rencana lain yang lebih baik untukku. Setiap langkah dalam proses ini memberikan pelajaran berharga. Aku belajar untuk lebih sabar, kuat, dan tetap berusaha. Bisa jadi ada hikmah yang aku belum tau kali ini. Istriku juga memberi penguatan sehingga aku bisa lebih tenang. Bagi teman-teman yang sedang atau akan mengikuti seleksi CPNS, pesanku adalah persiapkan diri sebaik mungkin, bukan hanya secara akademis, tetapi juga mental dan fisik. Jangan lupa setelah kita berusaha dan berdoa, siapkan ruang IKHLAS di hati kita. Kalo belum kata Allah ya belum, tapi kalo udah saatnya, Tak ada satu orang pun yang bisa menghalangi rezeki kita. Bagi kalian yang ingin mendaftar di instansi K, jika masih muda dan punya banyak kesempatan gagal silakan mencoba karena hasilnya tidak bisa kita prediksi, tetapi bagi yang sudah usia di atas 30-an, mungkin saatnya memilih instansi lain yang tidak ada tes Non-CAT nya. Selamat berjuang bagi kalian yang membaca ini. Bagi yang mau nanya-nanya silakan tulis di kolom komentar.